Jakarta (ANTARA) - TikTok Indonesia menutup layanan lokapasar (marketplace), TikTok Shop, mulai Rabu (4/10) sore sebagai tindak lanjut dari regulasi baru yang membatasi media sosial dalam melayani transaksi jual beli online. Langkah ini memicu beragam pendapat karena sebelum ditutup, penggunaan TikTok Shop oleh masyarakat justru mengalami peningkatan.

TikTok meluncurkan layanan e-commerce, TikTok Shop, di Indonesia kurang dari tiga tahun yang lalu, tetapi nilai transaksinya telah berkembang pesat hingga mencapai hampir 2,6 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp.15.636) tahun lalu berdasarkan laporan dari lembaga riset Momentum Works. Sayangnya, tren ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pedagang konvensional terkait penjualan yang anjlok.

Keluhan itu sampai ke telinga pemerintah, dan tak lama kemudian aturan baru dirilis. Aturan itu mewajibkan pemisahan bisnis media sosial dengan layanan marketplace, dan TikTok menjadi salah satu pihak yang terkena imbas. Aturan itu resmi berlaku pada 26 September 2023 dan pemerintah memberikan waktu selama sepekan untuk memenuhi ketentuan yang ada.

TikTok kemudian menutup layanan transaksi e-commerce pada aplikasinya mulai Rabu pukul 17.00 WIB sebagai bentuk kepatuhan terhadap aturan. "Kami akan terus berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia terkait langkah dan rencana kami ke depan," tulis keterangan resmi TikTok yang dirilis pada Selasa (3/10).

Pada Rabu pukul 17.10, layanan TikTok Shop sudah tidak bisa diakses, tetapi pemesanan yang sudah dibayar sebelum pukul 17.00 tetap akan diproses.
Pedagang menawarkan pakaian-pakaian secara daring melalui media sosial Tiktok di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (26/9/2023). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp)

Setelah pengumuman itu, banyak pedagang pakaian hingga makanan yang berjualan di TikTok Shop mengaku kecewa karena hal ini berisiko mengganggu usaha kecil mereka yang sedang berkembang.   

Di sisi lain, penutupan TikTok Shop justru disambut positif oleh Asih, salah seorang pedagang pakaian wanita Muslim di Pasar Tanah Abang. Menurutnya, aplikasi belanja online seperti TikTok Shop merupakan salah satu hal yang menyebabkan Pasar Tanah Abang sepi pembeli.

Omzet hariannya menyusut tajam sejak beberapa tahun lalu. Ketika pasar itu masih ramai dikunjungi pembeli, Asih dapat meraup minimal Rp10 juta per hari, tetapi kini pendapatannya tidak sampai Rp1 juta per hari.

Tidak hanya berdampak terhadap pedagang, penutupan TikTok Shop juga mengancam banyak anak muda yang kini bekerja sebagai host siaran langsung dan afiliator, salah satunya Donatus Ladjar (24). Setahun lalu, dia rela meninggalkan pekerjaannya sebagai pengelola media sosial di salah satu instansi pemerintah untuk menjadi host di TikTok karena tawaran gaji yang tinggi dan jam kerja yang fleksibel. Namun, kini dia menghadapi risiko besar.

"Saya khawatir jika ada pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran secara mendadak, apalagi karyawan kontrak seperti saya sepertinya tidak akan mendapat uang pesangon. Banyak teman-teman lain yang juga cemas jika harus mencari pekerjaan lain," ujarnya.

Sampai TikTok Shop resmi ditutup pada Rabu sore, Donatus belum mendapat kepastian terkait nasibnya, entah libur sejenak atau dipindahkan untuk menjadi host siaran langsung di platform e-commerce lain. Sementara itu, hingga hari itu, pihak TikTok Indonesia belum memberikan keterangan mengenai rencana bisnis e-commerce mereka ke depannya.  

Di sisi lain, penutupan TikTok Shop justru disambut positif oleh Asih, salah seorang pedagang pakaian wanita Muslim di Pasar Tanah Abang. Menurutnya, aplikasi belanja online seperti TikTok Shop merupakan salah satu hal yang menyebabkan Pasar Tanah Abang sepi pembeli. Omzet hariannya menyusut tajam sejak beberapa tahun lalu. Ketika pasar itu masih ramai dikunjungi pembeli, Asih dapat meraup minimal Rp10 juta per hari, tetapi kini pendapatannya tidak sampai Rp1 juta per hari

"Pasar Tanah Abang sempat ramai saat dibuka kembali setelah lockdown COVID-19, tetapi kini semakin sepi terutama setelah Lebaran tahun ini, mungkin salah satunya karena belanja online," ujarnya.

Peneliti ekonomi digital dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda, memperkirakan bahwa penutupan TikTok Shop tidak akan serta-merta meningkatkan kembali penjualan pedagang konvensional, termasuk di Tanah Abang. Sebagian besar pembeli diperkirakan akan beralih ke platform e-commerce lain. Sementara itu, dia mengatakan bahwa lesunya penjualan di Tanah Abang tidak hanya dipicu oleh e-commerce, tetapi juga sederet faktor lainnya.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Teten Masduki memastikan penutupan TikTok Shop tidak akan terlalu mengganggu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang selama ini berjualan di TikTok karena layanan media sosial masih aktif dan bisa dipakai sebagai sarana promosi, sementara transaksi dapat disambungkan ke platform lain.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2023