PBB memperkirakan 300.000 orang menyelamatkan diri dari pertempuran di Darfur dalam lima bulan pertama tahun ini,"
Khartoum (ANTARA News) - Sekitar 300.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka sepanjang tahun ini akibat kekerasan yang berkobar lagi di Darfur, Sudan barat, kata kepala bantuan kemanusiaan PBB Valerie Amos, Kamis.

Amos menyampaikan pernyataan itu selama lawatannya ke sebuah kamp pengungsi di luar El Fasher, ibu kota wilayah Darfur Utara.

"PBB memperkirakan 300.000 orang menyelamatkan diri dari pertempuran di Darfur dalam lima bulan pertama tahun ini," kata wanita itu, dalam pernyataan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Ia menyebut angka itu "sangat mengkhawatirkan", melampaui jumlah pengungsi selama dua tahun terakhir.

Pada April PBB mengatakan, 50.000 orang dari Darfur baratdaya mengungsi ke negara tetangga Sudan, Chad, karena pertempuran antara dua suku Arab yang betikai -- Misseriya dan Salamat.

Sebanyak 1,4 juta orang kini sudah berada di kamp-kamp pengungsi di Darfur setelah meninggalkan rumah mereka selama konflik di Darfur.

PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan. Pemerintah Khartoum menyebut jumlah kematian hanya 10.000.

Perpecahan di kalangan pemberontak dan pertempuran yang terus berlangsung menjadi dua halangan utama bagi perundingan perdamaian yang berlangsung sejak 2003 di Chad, Nigeria dan Libya, sebelum pindah ke Doha.

Bentrokan-bentrokan antara pasukan Sudan dan gerilyawan masih terus berlangsung di Darfur meski misi penjaga perdamaian terbesar dunia UNAMID ditempatkan di wilayah Sudah barat itu.

Misi PBB-Uni Afrika di Darfur (UNAMID), yang kini berjumlah 23.500 orang dan merupakan misi penjaga perdamaian terbesar di dunia, ditempatkan di Darfur, Sudan barat, sejak 2007 untuk berusaha mengakhiri permusuhan antara pemberontak dan pemerintah Sudan.

Perjanjian perdamaian Juli 2011 ditandatangani pemerintah Khartoum dan aliansi kelompok sempalan pemberontak Darfur di Doha, Qatar.

Namun, gerakan-gerakan utama seperti Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) dan kelompok Tentara Pembebasan Sudan yang dipimpin Abdel Wahid Mohammed al-Nur menolak menandatangani perjanjian perdamaian itu.

JEM adalah salah satu dari sejumlah kelompok Darfur yang memberontak pada 2003 untuk menuntut otonomi lebih luas bagi wilayah barat yang gersang itu. Mereka kini dianggap sebagai kelompok pemberontak yang paling kuat di Darfur.

(M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013