Menjadi pekerja migran Indonesia itu kan bukan untuk selamanya. Saya kaget ada yang sudah 27 tahun di Korea Selatan
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani meminta pekerja migran Indonesia untuk disiplin menabung selama di negara penempatan sebagai modal usaha saat kembali ke tanah air.

"Menjadi pekerja migran Indonesia itu kan bukan untuk selamanya. Saya kaget ada yang sudah 27 tahun di Korea Selatan. Seandainya bisa disiplin menyisihkan hasil kerjanya, dan membawa ilmu pengetahuannya ke negara kita, saya yakin akan sukses," kata Benny Rhamdani dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Saat bersilaturahim dengan organisasi Paguyuban Bumi Reyog Ponorogo di Kota Andan, Korea Selatan, Benny meminta agar pekerja migran Indonesia tidak takut untuk pulang ke Tanah Air, mengingat terdapat sejumlah peluang usaha yang bisa dikerjakan.

Benny juga menyampaikan banyak alumni pekerja migran Indonesia dari Korea Selatan yang sukses berwirausaha.

Ia mengemukakan salah satu pekerja migran Indonesia asal Kendal, Waryono terbilang sukses berusaha di kampung halamannya.

"Waryono memiliki usaha Ansan Mart, Bengkel Ansan, Restoran Ansan, dan bahkan anaknya diberi nama Ansan. Ini sangat inspiring," katanya.

Pada kesempatan itu, Benny mengapresiasi Paguyuban Bumi Reyog Ponorogo di Korea Selatan karena turut menyebarkan budaya Indonesia.

"Selain bekerja, saya yakin ini sudah sering tampil di Korea, ini luar biasa menurut saya," katanya.

Salah satu pengurus Paguyuban Bumi Reyog Ponorogo, Purwanto mengatakan paguyuban ini juga menjadi tempat berkumpulnya para pekerja migran Indonesia di hari libur.

"Paguyuban ini ada sejak dilakukannya pengiriman pekerja migran Indonesia ke Korea Selatan melalui PJTKI (sekarang P3MI). Karena bertemu dengan teman sekampung yaitu Ponorogo, maka dibentuklah paguyuban ini," katanya. 

Purwanto bercerita, Reog Ponorogo pertama kali didatangkan pada tahun 2012 sebanyak satu unit, dan bertambah lagi satu unit pada tahun 2014.

“Pada acara Penutupan Asean Games yang diselenggarakan di Incheon tahun 2014, tim dari Indonesia meninggalkan satu unit Reog-nya untuk dibeli oleh kami," katanya.

Dengan reog tersebut, kata Purwanto, pekerja migran Indonesia mengikuti berbagai festival di Korea Selatan, untuk memeriahkan dan memperkenalkan budaya Reog di Korea Selatan.

"Tetapi kendalanya adalah kami sering mengalami benturan dengan waktu kerja personil, karena mereka adalah pekerja migran. Sehingga seringkali tampil dengan seadanya," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2023