Yogyakarta (ANTARA News) - Guguran lava dari puncak Gunung Merapi sejak dini hari hingga pagi hari pada akhir pekan lalu, hanya terjadi tujuh kali, sedangkan awan panas tidak terjadi, kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Drs Subandriyo.
Dibanding sehari sebelumnya yang terjadi 55 kali guguran lava, pada Minggu dari pukul 00.00 sampai 06.00 WIB jumlahnya menurun yakni hanya terjadi tujuh kali guguran lava mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dengan jarak luncur maksimum satu kilometer, dan satu kali ke hulu Kali Krasak sejauh 1,5 kilometer.
Sementara itu, dari hasil rekaman seismograf tercatat terjadi gempa guguran 31 kali, tetapi tidak terjadi gempa fase banyak atau multiphase (MP) dan gempa vulkanik serta gempa tektonik. "Gempa akibat awan panas juga tidak terjadi," sambungnya.
Dari pengamatan visual puncak Merapi pada pagi hari cerah, asap solfatara berwarna putih tebal dengan tekanan lemah. Ketinggian asap sekitar 400 meter dari puncak gunung, teramati dari pos pengamatan di Selo (Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah).
Menurut dia, dengan status aktivitas gunung ini yang masih dipertahankan pada tingkatan `awas`, BPPTK tetap merekomendasikan agar wilayah di sepanjang alur Kali Krasak/Bebeng, Bedog, Boyong dan Kali Gendol dalam radius delapan kilometer dari puncak gunung pada jarak 300 meter dari tebing sungai tetap dikosongkan, karena masih berpotensi terancam awan panas.
Juga diingatkan kepada warga masyarakat agar menghentikan semua kegiatan terutama penambangan pasir di sungai-sungai itu, bertani, berkebun dan beternak di sekitar sungai yang berhulu di gunung tersebut dalam radius delapan kilometer. "Pendakian ke puncak Merapi juga masih dilarang," katanya.
Gunung Merapi yang ketinggiannya sekitar 2.965 mdpl di perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu, sejak beberapa pekan terakhir aktivitasnya menunjukkan tren yang menurun, namun status aktivitas masih dipertahankan pada tingkatan `awas`, mengingat masih berpotensi terjadi awan panas. (*)
Copyright © ANTARA 2006