Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova mengatakan penguatan rupiah dipengaruhi pernyataan The Fed yang dovish terkait kemungkinan suku bunga acuan yang akan bertahan hingga akhir tahun.

“Pergerakan rupiah hari ini diprediksi menguat di kisaran perdagangan Rp15.700-Rp15.740, dipengaruhi oleh penurunan yield obligasi pemerintah AS dan pernyataan The Fed yang dovish,” kata dia ketika dihubungi Antara, Jakarta, Rabu.

Dua pejabat The Fed, Raphael Bostic dan Neel Kashkari, menyampaikan bahwa The Fed tidak perlu kembali menaikkan suku bunga.

Mereka berdua memiliki alasan yang berbeda. Bostic khawatir terhadap perang Palestina melawan Israel, sedangkan Kashkari menyinggung imbal hasil obligasi AS yang sudah tinggi akan menurunkan inflasi.

Menurut CME FedWatch Tool, ekspektasi pasar terkait suku bunga bakal bertahan di akhir tahun terlihat meningkat dari 57 persen menjadi 74 persen.

“(Kendati demikian), potensi penguatan rupiah ke depan akan tertahan oleh situasi geopolitik Timur Tengah, (dan) data tingkat harga produsen dan konsumen AS yang masing-masing akan rilis hari ini dan besok,” ucap Rully.

Tingkat harga konsumen diperkirakan 0,39 persen bulanan dan 3,7 persen tahunan, sedangkan tingkat harga produsen 0,3 persen bulanan.

Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah menguat sebesar 39 poin atau 0,25 persen menjadi Rp15.700 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.739 per dolar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu justru melemah ke posisi Rp15.710 dari sebelumnya Rp15.708 per dolar AS.

Baca juga: Praktisi: Rupiah melemah seiring perang Palestina melawan Israel
Baca juga: Rupiah menguat karena ada potensi suku bunga acuan AS tak jadi naik

 

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023