Pekerjaan akan terus berjalan... Masih ada peluang bagi tercapainya kesepakatan politik,"
Brussels (ANTARA News) - Negara-negara Uni Eropa pada Senin gagal menyelesaikan perbedaan dan mencapai kesepakatan tentang perlu tidaknya mencabut embargo agar dapat mempersenjatai para pemberontak Suriah, kata menteri luar negeri Austria.

"Tidak mungkin membuat kompromi dengan Perancis dan Inggris," kata Menlu Austria Michael Spindelegger setelah berlangsungnya pembicaraan selama sembilan jam bersama 26 mitranya.

Para pejabat dan diplomat mengatakan bahwa, kendati demikian, perundingan akan terus dilakukan, dengan --terutama Jerman dan Belanda-- berupaya mencapai kesepakatan.

"Pekerjaan akan terus berjalan... Masih ada peluang bagi tercapainya kesepakatan politik," kata seorang pejabat Jerman.

Negara-negara EU diliputi sengketa yang telah berlangsung lama menyangkut langkah untuk mempersenjatai para pemberontak Suriah setelah embargo berakhir pekan ini.

Inggris dan Perancis berargumentasi bahwa pemasokan persenjataan kepada para pejuang oposisi bisa membantu masalah ketimpangan militer serta menekan Presiden Bashar al-Assad untuk mencari solusi politis bagi konflik mematikan yang saat ini memasuki tahun ketiga.

"Penting bagi kita untuk menunjukkan bahwa kita siap mengubah embargo senjata kita sehingga rezim Assad melihat dengan jelas bahwa mereka harus melakukan negosiasi secara serius," kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague.

Sementara itu, Austria, Swedia, Finlandia dan Republik Ceko terlihat segan terhadap ide untuk mencurahkan lebih banyak senjata ke dalam konflik yang sudah merenggut sekira 94.000 nyawa itu.

Dengan tidak tercapainya kesepakatan, sanksi-sanksi UE secara luas yang diterapkan selama dua tahun terhadap rezim Assad, termasuk embargo senjata terhadap Suriah, terancam melewati 31 Mei tengah malam.

"Hal yang mengecewakan bahwa kami tidak bisa membuat posisi bersama yang berarti sanksi-sanksi terhadap rezim (Assad, red) akan berakhir pada 1 Juni," kata Spindelegger.

Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mengatakan Paris mendukung opsi kompromi yang membolehkan negara-negara Uni Eropa mempersenjatai oposisi utama Suriah, Koalisi Nasional, namun terbatas pada syarat-syarat ketat serta di bawah kerangka waktu yang terikat dengan negosiasi politik.

Jika disetujui oleh semua negara UE, hal itu akan "mendorong tercapainya konsensus oleh Eropa, memungkinkan para pejuang untuk mendapatkan persenjataan yang mereka perlukan beserta pengawasan terhadap senjata-senjata tersebut.

Di Istanbul, Koalisi Nasional Suriah mendesak menteri luar negeri negara-negara UE mencabut embargo.

Pada Senin Fabius bertemu di Paris dengan mitra-mitranya dari Rusia dan AS, Menlu Sergei Lavrov dan Menlu AS John Kerry, untuk membahas upaya menggelar konferensi perdamaian Suriah bulan depan di Jenewa.

Kesepakatan yang dibahas oleh para menteri luar negeri itu telah memperlihatnya adanya dukungan luas terhadap pencabutan embargo sebagai hasil yang akan dicapai di konferensi Jenewa.

Menurut dokumen yang didapatkan oleh AFP, negara-negara UE sedianya akan memperbarui sanksi-sanksi terhadap rezim Assad --termasuk pembekuan aset keluarga dan kroni-kroninya-- dan secara prinsip menyetujui pemasokan senjata bagi Koalisi Nasional.

(T008/H-AK)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013