Sekarang ini, Subang adalah salah satu daerah lumbung padi, diharapkan ke depan Subang juga menjadi lumbung jagung di Jawa Barat
Subang, Jawa Barat (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Subang, Jawa Barat, menggandeng pihak swasta untuk mengembangkan jagung unggul guna mendukung upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional.

"Sekarang ini, Subang adalah salah satu daerah lumbung padi, diharapkan ke depan Subang juga menjadi lumbung jagung di Jawa Barat," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Subang, Nenden Setiawati di Subang, Kamis.

Beberapa waktu lalu, Pemkab Subang bersama pihak ketiga telah berkolaborasi mengembangkan produksi jagung hibrida di atas lahan sekitar 100 hektare di Kecamatan Cikaum.

Kali ini, ada lagi pihak swasta yang akan hadir mengembangkan sektor pertanian dalam hal ini komoditas jagung.

Nenden menyebutkan bahwa pihaknya menyambut baik kehadiran swasta yang berkontribusi pada sektor pertanian di Subang.

"Diharapkan ke depan Subang bisa menjadi lumbung jagung nasional," katanya.

Sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, rata-rata produksi jagung di Subang mencapai 1.842,92 ton per tahun, dipanen di atas lahan seluas sekitar 400 hektare.

Baca juga: Presiden Jokowi: Panen raya di Jabar tambah cadangan beras nasional

Baca juga: Panen raya petani di Jawa Barat meningkat 12,3 ton padi per-hektare


Salah satu pihak swasta, PT Syngenta Indonesia, akan mengembangkan produk jagung unggulan di Subang, melalui penyediaan benih jagung berkualitas.

Seed Business Head Syngenta Indonesia, Fauzi Tubat mengatakan Kementerian Pertanian telah menetapkan target produksi pertanian khusus komoditas jagung pada tahun 2024 sebanyak 23,34 juta ton jagung dengan kadar air 27 persen.

"Industri jagung, memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar dan berkelanjutan. Namun di sisi lain, terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi. Seperti alih fungsi lahan, ketersediaan pupuk, ancaman penyakit dan perubahan iklim," katanya.

Ia menyebutkan jagung bioteknologi merupakan salah satu kunci dalam menjawab tantangan tersebut.

Sejauh ini, pihaknya telah menguatkan komunikasi dengan beberapa pemangku kepentingan di industri jagung, termasuk yang ada di Subang.

Di antaranya para pelaku industri pakan ternak, industri dairy, asosiasi pakan ternak, perusahaan perkebunan, perusahaan pupuk, perusahaan mesin pertanian, serta asosiasi petani.

Fauzi mengatakan untuk perusahaanya itu lebih kepada penyediaan varietas benih jagung bioteknologi. Berdasarkan kajian teknis dari sejumlah lembaga, produk bioteknologi aman dan dapat diterima sebagai bahan pangan dan pakan ternak, serta aman terhadap lingkungan.

Jagung bioteknologi ini aman untuk dimanfaatkan dan mendukung ketersediaan pakan ternak sapi di industry dairy farm yang terus meningkat.

Dia menambahkan, untuk benih bioteknologi ini merupakan jagung pertama di Indonesia yang memiliki keunggulan ganda, yakni toleran terhadap herbisida glifosat dan tahan hama penggerek batang (Asian Corn Borer/Ostrinia furnacalis).

Kemudian, jagung jenis ini memiliki potensi hasil hingga sebesar 11,8 ton per hektare pipilan kering. Selain itu, jagung bioteknologi ini juga lebih mudah dibudidayakan, ekonomis, dan memberikan hasil yang lebih tinggi.

Pihaknya juga meyakini, produktivitas jagung hibrida bioteknologi dengan keunggulan ganda ini sekitar 10 persen lebih tinggi dibandingkan produktivitas jagung hibrida konvensional.

Baca juga: Pemerintah impor 500 ribu ton jagung pakan atasi defisit produksi

Baca juga: Mendag buka impor jagung 250 ribu ton agar harga pakan ternak turun

Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023