Jakarta (ANTARA) -
Kepala Unit Museum Nasional Indonesia Ni Luh Putu Chandra Dewi menyatakan bahwa museum berperan mencetak generasi emas 2045 melalui transformasi dan pembelajaran kebudayaan.
 
"Melalui Hari Museum Indonesia, museum mempunyai peran yang sangat penting dalam sejarah dan kebudayaan, dan tentunya ini yang harus terus dipahami juga dipelajari oleh generasi muda kita untuk menjadi generasi emas di 2045 nanti, karena mereka yang akan meneruskan laju pembangunan," kata Chandra saat ditemui di Gedung A Kemendikbudristek, Jakarta, Kamis.
 
Ia menjelaskan, saat ini minat terhadap museum sudah meningkat dan mengalami banyak kemajuan.
 
"Minat terhadap museum kini mulai maju dan membaik, kalau dulu kan museum dianggap membosankan, tetapi justru karena dulu dipandang sebelah mata, kita di museum berusaha untuk terus kreatif, apa lagi nih (inovasinya)? Nah, salah satunya di museum nasional itu kita menghadirkan ruang imersifa," ucapnya.

Baca juga: Museum bisa jadi tempat menarasikan koleksi dan tanamkan budi pekerti

Baca juga: Akademisi Unsoed sebut pengesahan RUU Permuseuman sangat mendesak
 
Ruang imersifa di Museum Nasional Indonesia tersebut menggabungkan teknologi untuk memberikan pengalaman melihat koleksi museum secara berbeda, dengan instalasi permanen berupa proyeksi video pemetaan ke setiap sisi dinding 360 derajat.
 
Ia melanjutkan, pendidikan kini tengah memasuki masa tanpa batas, dimana pengetahuan tidak hanya sebatas di ruang-ruang sekolah.
 
"Siswa kini sudah bisa belajar kemana-mana, tentunya museum diharapkan punya peran, dalam hal ini adalah pembelajaran terkait sejarah dan kebudayaan," tuturnya.
 
Ia mengucapkan kebudayaan Indonesia memiliki keunggulan yang dapat menjadi modal untuk bersaing dengan negara-negara luar.
 
"Kekuatan kita kan ada di kebudayaan sebenarnya, inilah yang harus tetap digaungkan sebagai suatu identitas, dan museum menjadi salah satu wahana untuk peran-peran itu," ucapnya.
 
Menurutnya, pembekalan kebudayaan di tingkat sekolah menengah dapat terus dikembangkan melalui pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
 
"Pembekalan kebudayaan, setahu saya di SMP itu kan ada PPKn yang masuk kategori sejarah, dan IPS kalau saya lihat, jadi ada di dua mata pelajaran tersebut, karena di situ masuk mulai ada penemuan dari pra-sejarah, sampai masa kini termasuk kesenian daerah, tari-tarian, rumah adat, lalu warisan-warisan budaya," kata dia.
 
Ia juga menegaskan, museum saat ini memiliki tuntutan untuk terus berbenah dan mengkaji kebutuhan generasi muda, sehingga dapat berkembang menjadi tempat yang selalu ingin untuk dikunjungi.
 
"Jadi memang menjadi tuntutan bagi museum-museum untuk berbenah, mengkaji apa saja yang dibutuhkan oleh generasi muda, jadi bukan menjadi ruang yang membosankan, tetapi juga menjadi sebuah ruang yang selalu diinginkan untuk dikunjungi, ini memang menjadi pekerjaan rumah yang panjang bagi museum," paparnya.
 
Ia mencontohkan salah satu narasi koleksi Arca Prajnaparamita dari situs Candi Singasari yang dikemas dalam bentuk film.
 
"Salah satunya kita punya film 'Mengejar Cinta Prajnaparamita', itu kita sebenarnya ingin menceritakan Prajna, kalau dilihat kisahnya kan, dia adalah Ken Dedes, kita membahasakan nih, semi-semi romantis, padahal intinya menunjukkan arcanya sendiri, seringnya orang menyebut Monalisa dari Jawa," ujarnya.
 
Menurutnya, dengan cara tersebut, maka generasi muda bisa lebih tertarik untuk mempelajari koleksi-koleksi museum dengan cara yang lebih menyenangkan.*

Baca juga: Provinsi Lampung raih juara harapan 1 lomba cerdas cermat museum 

Baca juga: 589 koleksi Museum Nasional berhasil diidentifikasi

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023