Jakarta (ANTARA) - Oleh Nurul Fitri Ramadhani
Stasiun Halim Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di DKI Jakarta pada Kamis (12/10) sore tampak dipadati para penumpang yang mengikuti uji coba publik "Whoosh Experience Program".

Di antara mereka adalah Ridho Alfianantha Putra (22), seorang mahasiswa kedokteran asal Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kepada Xinhua dia mengaku dirinya sudah lama menantikan beroperasinya kereta cepat pertama di Indonesia sekaligus di Asia Tenggara itu.

Ridho mengungkapkan bahwa dirinya akan rutin menggunakan layanan kereta cepat ketika pulang ke Bandung.

"Ini merupakan kemajuan besar bagi negara ini. Saya pernah mencoba kereta cepat serupa di China dan Jepang, yang sangat efisien dalam hal waktu. Saya senang Indonesia sekarang juga memilikinya, dan saya akan beralih dari kereta konvensional ke kereta cepat untuk pulang dan pergi dari Bandung," ujarnya.

Penumpang lainnya, Dona Rahma Dina (27), membawa serta putrinya yang berusia dua tahun untuk merasakan pengalaman naik kereta cepat. Menurut dia, kereta tersebut sangat nyaman untuk anak-anak, dan dia berniat menggunakan layanan kereta tersebut setiap kali dia dan keluarganya berlibur ke Bandung.

"Sebelumnya, kami selalu menggunakan kereta konvensional, atau terkadang suami saya mengendarai mobil. Tetapi saya kira kereta cepat ini bisa menjadi pilihan terbaik," ujar wanita yang berdomisili di Jakarta itu.

Indonesia kini telah resmi memiliki kereta cepat pertamanya, setelah Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, meresmikan beroperasinya kereta tersebut pada 2 Oktober lalu.

Kementerian Perhubungan RI mengeluarkan izin operasi untuk PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC), sebuah konsorsium perusahaan patungan antara badan usaha milik negara (BUMN) China dan Indonesia yang membangun dan mengelola KCJB, pada 29 September.

KCJB yang memiliki trek sepanjang 142,3 kilometer serta menghubungkan Jakarta dan Bandung, kota terbesar keempat di Indonesia, merupakan proyek unggulan yang menyinergikan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra usulan China dengan strategi Poros Maritim Dunia milik Indonesia.

KCJB telah membuka program uji publik gratis sejak 18 September lalu dan menarik banyak orang untuk berpartisipasi. Program uji coba gratis ini akan tersedia hingga pertengahan Oktober. 

Selama uji coba, penumpang dapat bebas memilih tempat duduk, dengan formasi kursi untuk tiga atau dua penumpang tersedia. Perjalanan dari Stasiun Halim di Jakarta ke Stasiun Tegalluar di Bandung hanya memakan waktu 46 menit.

Sejumlah pejabat tinggi dan tokoh masyarakat juga ikut serta dalam program uji coba tersebut. Salah satunya adalah Sekretaris Jenderal Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Kao Kim Hourn yang ikut serta dalam sesi uji coba gratis pada 25 September lalu.

"Kerja sama ini benar-benar memberikan manfaat nyata bagi negara-negara ASEAN. Kami berharap dapat meningkatkan kerja sama kami dengan China sehingga kita semua dapat menciptakan lebih banyak lagi manfaat bagi masyarakat di kawasan ini," tutur Hourn.

Dalam peresmian KCJB, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa kereta tersebut menandai modernisasi moda transportasi di Indonesia karena merupakan hal yang baru bagi Indonesia baik dari segi teknologi, kecepatan, proses pembangunan, maupun sistem pembayarannya.

KCJB dapat membawa berbagai manfaat bagi Indonesia, terutama peluang kerja bagi masyarakat setempat, ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan.

KCJB saat ini sedang bersiap untuk diintegrasikan dengan layanan transportasi umum lainnya, seperti stasiun Lintas Raya Terpadu (Light Rail Transit/LRT), TransJakarta, dan Jaklingko.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023