Kegiatan ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk melestarikan cagar budaya di Kabupaten OKU
Baturaja (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatra Selatan memperkenalkan cagar budaya situs Goa Harimau kepada masyarakat luas melalui konservasi ekofak berupa tulang belulang.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan OKU Alfarizi di Baturaja, Senin, mengatakan, kegiatan konservasi ekofak yang digelar di situs Goa Harimau di Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji tersebut merupakan program kerja perlindungan cagar budaya Direktorat Perlindungan Kebudayaan bersama Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Provinsi Sumatra Selatan.

Baca juga: Pemda diminta ajukan ke Kementerian ESDM cagar alam geologi Sumbar

"Kegiatan ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk melestarikan cagar budaya di Kabupaten OKU," katanya.

Dia menjelaskan, kegiatan Konservasi Ekofak ini bertujuan untuk memperkenalkan situs Goa Harimau yang banyak menyimpan prasejarah yaitu peninggalan purbakala, termasuk tulang belulang manusia dan hewan.

"Situs Goa Harimau merupakan salah satu situs cagar budaya yang ada di Kabupaten OKU. Situs ini ditemukan pada tahun 1997 dan telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya (BCB) oleh Pemerintah Pusat," katanya.

Sebanyak 35 kerangka manusia kuno dari Ras Mongoloid berhasil ditemukan di mulut Goa Harimau oleh Tim Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI yang dipimpin Prof Trauman Simanjuntak pada 2014 silam.

Baca juga: Sejarawan duga temuan tumpukan batu di Sumbar peninggalan cagar budaya

Dalam penelitiannya, analisa Tim Puslit Arkenas menyatakan bahwa kerangka manusia yang ditemukan di Goa Harimau termasuk dalam ras mongoloid karena adanya ciri-ciri morfologi yang ditemukan yaitu bentuk tengkorak yang meninggi dan membundar (brachy cephal) dan bagian tengkorak belakang yang datar.

Selain itu juga ada ciri morfologi gigi seri berbentuk orbit mata, kedalaman tulang hidung (nasal) serta postur tulang dan tubuh mereka yang khas mongoloid.

Selain fosil, para arkeolog juga menemukan benda-benda bernilai sejarah tinggi seperti gerabah, biji kemiri yang telah menjadi fosil, batu pemukul serta beliung batu yang diperkirakan berasal dari 2.000-3.500 tahun yang lalu.

"Selain dapat dikenal masyarakat luas, melalui Konservasi Ekofak Situs Goa Harimau ini juga diharapkan dapat membantu dalam menjaga dan melestarikan peninggalan purbakala yang ada di situs ini," ujarnya.

Baca juga: Ahli sarankan pemerintah segera lindungi temuan dugaan kekar kolom

Pewarta: Edo Purmana
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023