Surabaya (ANTARA) - Sikap dan tindakan mencintai lingkungan sudah seharusnya ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini. Harapannya, ketika anak-anak menginjak remaja dan dewasa, mereka sudah terbiasa menjaga kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya.

Sikap cinta lingkungan bisa diwujudkan melalui perbuatan atau aktivitas yang mendukung kelestarian, bukan merusak lingkungan.

Berbagai masalah lingkungan kini terjadi, seperti semakin tingginya suhu bumi, rusaknya hutan, banjir, perubahan iklim global, menipisnya sumber daya alam (SDA), kerusakan habitat alam, peningkatan polusi dan musim yang sulit diprediksi.

Dari berbagai masalah tersebut, maka mencintai lingkungan merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi. Sikap menjaga lingkungan hendaknya ditumbuhkan dalam diri setiap manusia dan diterapkan secara berkelanjutan.

Cara mencintai lingkungan bisa dengan sikap menjaga, merawat, melestarikan flora dan fauna beserta kekayaan alam, atau juga bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan serta tidak membiarkannya rusak atau kotor.

Mencintai lingkungan bisa dilakukan dengan cara menanam pohon di lingkungan sekitar, menghemat air, membuang sampah pada tempatnya, menghemat penggunaan kertas dan menghemat penggunaan listrik.

Menumbuhkan budaya cinta lingkungan di kalangan anak-anak diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif solusi dari banyaknya masalah lingkungan yang terjadi. Anak-anak yang memiliki sikap, perilaku dan budaya cinta lingkungan hidup diharapkan dapat menjadi agen perubahan. Kelak mereka akan menjadi pengambil kebijakan mengenai cara pengelolaan lingkungan hidup yang baik.


Menumbuhkan nilai-nilai 

Sekolah dianggap sebagai tempat yang tepat dan efektif untuk menumbuhkan nilai-nilai budaya dan menanamkan kesadaran cinta lingkungan hidup. Sekolah merupakan tempat anak-anak memperoleh pendidikan dimana proses pendidikan berlangsung dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku ke arah yang lebih baik.

Materi tentang pendidikan lingkungan hidup sudah semestinya diberikan kepada anak-anak pada masa pengenalan sekolah sebagai kegiatan penanaman pondasi budaya cinta lingkungan. Penanaman budaya cinta lingkungan yang dilakukan sejak awal merupakan suatu upaya generasi agar yang akan datang semakin menyadari akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Lingkungan yang bersih dan nyaman di sekolah membantu anak-anak belajar dengan tenang. Untuk mewujudkan itu diperlukan langkah-langkah konkret untuk melestarikan lingkungan, seperti membuat tata tertib kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah.

Selain itu, membuat daftar piket kebersihan kelas serta kebersihan lingkungan, mengembangkan kecintaan dan kepedulian siswa terhadap lingkungan sekolah melalui berbagai lomba peduli lingkungan, seperti lomba kebersihan antarkelas, atau aneka kreativitas lain yang bersifat ramah lingkungan.

Perlu juga menunjuk petugas untuk pengawasan dan penegakan kedisiplinan atau polisi lingkungan, mengadakan gerakan cinta kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah,  serta memanfaatkan hari-hari besar nasional untuk kegiatan-kegiatan peduli lingkungan.

Upaya lainnya, melakukan kegiatan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan seperti apotek hidup di sekolah, melakukan kegiatan penghematan energi, melakukan kegiatan 3R (reuse, reduce, recycle), melakukan kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan komposter, mengintegrasikan kegiatan lingkungan dalam pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler,  maupun mengadakan karya wisata atau studi banding dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah.

Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk menjaga kebersihan. Kebersihan dan keasrian sekolah adalah tanggung jawab bersama dari setiap warga sekolah.

Selain guru dan siswa, pemeliharaan dan perwujudan lingkungan sekolah yang bersih, sehat dan asri tidak lepas dari peran orang tua, swasta, lembaga swadaya masyarakat maupun pemerintah.

Dengan upaya yang serius, disiplin dan berkelanjutan diharapkan akan lahir siswa-siswa yang cerdas, berkualitas, berwawasan lingkungan serta mampu menerapkan sikap cinta dan peduli lingkungan baik di sekolah maupun di tengah masyarakat.


Duta lingkungan hidup

Peran duta lingkungan hidup dari kalangan anak-anak juga penting dalam menjaga kualitas lingkungan yang baik. Sebab, duta lingkungan merupakan mediator antara masyarakat dan pemerintah dalam hal menjaga lingkungan.

Hal itu yang ditekankan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, kepada Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup Surabaya 2023. Seorang pemimpin itu dimulai ketika dia mencintai lingkungannya, ketika muncul dalam hatinya mencintai warga sekelilingnya. Hal itu tentu sudah dilakukan dan sudah muncul di dalam hati para Pangeran dan Putri Lingkungan Surabaya.

 
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyerahkan penghargaan kepada para pemenang Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup tahun 2022 di Balai Kota Surabaya, Rabu (28/9/2022). (ANTARA/babel.Antaranews)


Untuk itu, dia meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya menjadikan Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup sebagai pemimpin di kampungnya masing-masing.

Bahkan, mereka diminta untuk dilibatkan dalam program pemilihan sampah organik dan non-organik yang menjadi program dari Pemkot Surabaya. Tugas mereka adalah mengajak warga di kampungnya  untuk bersama-sama melakukan pemilihan sampah organik dan non-organik mulai dari rumahnya masing-masing.

DLH dan Dispendik Surabaya perlu memfasilitasi dan mendukung kebutuhan mereka selama memimpin di kampungnya masing-masing. Pendidikan semacam ini sangat penting, karena pendidikan semacam itu tidak ada di bangku sekolah.

Seluruh guru dan kepala sekolah di Surabaya diharapkan juga untuk tidak hanya fokus pada bidang akademik, tapi  ekstrakurikuler dan kegiatan semacam ini harus terus dilanjutkan.

Pemilihan Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup diselenggarakan setiap tahun oleh organisasi lingkungan hidup Tunas Hijau yang bermarkas di Surabaya.  Sejak awal seleksi Februari 2023 jumlah peserta sebanyak 1.126 orang.  Salah satu syarat mengikuti kompetisi ini adalah harus mempunyai proyek lingkungan yang sudah dilakukan dan terus dilakukan.

Mereka yang mendaftar kemudian diseleksi melalui empat tahap, dan akhirnya terpilih 63 finalis. Setelah itu, mereka diseleksi lagi yang kemudian ada 20 peserta yang menjadi juara umum atau menjadi Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup Surabaya 2023.

Banyak prestasi dan pencapaian para finalis Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup Surabaya 2023 ini, di antaranya ada sebanyak 275.836 orang teredukasi dengan proyek para finalis, sebanyak 229.579 tanaman yang telah ditanam oleh finalis, dan sekitar  51 ton sampah organik yang berhasil diolah oleh finalis.

Selain itu, 1.848 kg minyak jelantah yang terselamatkan dan tidak dibuang ke saluran air, sebanyak 5 ton 774 kg sampah anorganik yang berhasil diolah oleh para finalis, sebanyak 1 ton 200 kg limbah tekstil yang terolah, dan 1 ton 17 kg popok yang telah diolah.

Presiden Tunas Hijau, Muhammad Zamroni sangat mengapresiasi dan siap mendukung kebijakan serta komitmen Wali Kota Surabaya yang ingin mendukung para Pangeran dan Putri Lingkungan menjadi pemimpin di kampungnya masing-masing.

Mereka sebenarnya sudah melakukan itu di kampungnya, mengajak warga untuk memilah sampah meskipun dengan komunikasi yang ala kadarnya. Jika hal itu  didukung Pemkot Surabaya, tentu akan lebih bagus.

Sebagai representasi pemerintah dan masyarakat, duta lingkungan hidup mengemban tanggung jawab untuk melaksanakan program yang sudah dirancang pemerintah kota.  Para Pangeran dan Putri Lingkungan akan menjadi panutan masyarakat, serta memberikan edukasi dalam menjaga lingkungan. Duta lingkungan hidup bisa dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat.
 

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023