Mereka menyebut saya diktator."
Istanbul (ANTARA News) - Polisi Turki menembakkan gas air mata ke arah para pengunjuk rasa di Ankara, Minggu, sementara ribuan orang menduduki lapangan utama di Istanbul, Taksim Square, pada hari ketiga berlangsungnya demonstrasi menentang pemerintah Turki.

Menteri Dalam Negeri Muammer Guler mengatakan lebih dari 1.700 orang ditangkap dalam kerusuhan yang telah menyebar ke 67 kota di seluruh negeri itu, lapor AFP.

Kendati demikian, sebagian besar mereka yang ditangkap telah dibebaskan.

Di Istanbul, lautan manusia yang berunjuk rasa dari berbagai aliran politik membanjiri Taksim, satu hari setelah polisi menarik diri dari wilayah itu.

Mereka mengibar-ngibarkan bendera dan menerikakan "Pemerintah, Turun!" dan "Istanbul milik kita, Taksim milik kita!".

Dari atap di dekat lokasi, spanduk bertuliskan "Jangan menyerah" dibentangkan.

Taksim telah menjadi jantung gelombang unjuk rasa yang menyebar di seluruh negeri dalam protes publik terbesar yang pernah terjadi terhadap pemerintahan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan sejak ia mengambil alih kekuasaan pada tahun 2002.

Kelompok-kelompok pendukung hak asasi manusia mengeluhkan apa yang mereka sebut sebagai tanggapan kejam yang "tercela" oleh polisi terhada para pengunjuk rasa sementara sekutu-sekutu Barat Turki mengimbau semua pihak untuk menahan diri.

Kerusahan mulai terjadi saat berlangsungnya protes terhadap rencana pemerintah untuk melakukan pembangunan kembali Taman Gezi di dekat Taksim.

Namun, setelah polisi melancarkan tindakan secara kejam, protes itu melebar menjadi unjuk rasa terhadap agenda konservatif dan sepihak yang semakin meningkat ditunjukkan oleh pemerintah.

Setelah kekerasan berlangsung dua hari, situasi di Istanbul terlihat sudah tenang pada hari Minggu setelah polisi menarik diri dari Taksim dan para pejabat bersikap lebih bersahabat.

Namun, di Ankara polisi menembakkan gas air mata dan menggunakan meriam air untuk membubarkan sekira 1.000 pengunjuk rasa yang mencoba bergerak ke kantor perdana menteri yang dijaga ketat.

"Terus berlangsungnya protes-protes ini... tidak akan membawa keuntungan dan justru akan merusak nama baik negara kita, yang dikagumi di kawasan dan dunia," kata Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu melalui jejaring sosial Twitter.

Guler mengatakan 58 warga sipil serta 115 petugas keamanan mengalami luka-luka dalam tiga hari rangkaian unjuk rasa, kendati kelompok-kelompok pendukung HAM menyebut jumlah tersebut sebagai ratusan.

Pihak-pihak berwenang mengatakan hampir 100 kendaraan polisi, 94 toko dan lusinan mobil rusak.

Guler memperkirakan jumlah kerugian tersebut mencapai lebih dari 20 juta lira (sekira Rp104,6 miliar).

"Mereka menyebut saya diktator," kata Erdogan dalam pidato yang disampaikannya hari Minggu. "Jika mereka menyamakan pelayan sederhana dengan seorang diktator, saya jadi kehilangan kata-kata."

Perdana Menteri Turki itu pada Sabtu bersikeras bahwa pemerintahannya akan meneruskan rencana kontroversial pembangunan di dekat Taksim kendati ia mengatakan proyek itu tidak akan termasuk pusat perbelanjaan seperti yang dikhawatirkan demonstran.

Ia juga telah mengakui adanya "beberapa kesalahan" yang dilakukan oleh polisi dalam menghadapi para pengunjuk rasa. (T008/M014) 

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013