Diversifikasi pangan ini penting dilakukan untuk menciptakan keberagaman jenis makanan, dan sumber pangan bagi masyarakat. Sehingga tidak ada ketergantungan atas satu jenis sumber pangan
Bandarlampung (ANTARA) - Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Lampung mengatakan, singkong atau ubi kayu berpotensi menjadi pengganti pangan bagi masyarakat untuk menjaga ketahanan pangan.

“Diversifikasi pangan ini penting dilakukan untuk menciptakan keberagaman jenis makanan, dan sumber pangan bagi masyarakat. Sehingga tidak ada ketergantungan atas satu jenis sumber pangan,” ujar Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Lampung Rachman Jaya di Bandarlampung, Rabu.

Ia mengatakan Provinsi Lampung sebagai daerah produsen komoditas pertanian salah satunya ubi kayu pun memiliki potensi besar memanfaatkan singkong sebagai komoditas pendukung diversifikasi pangan untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat.

“Lampung ini memiliki produksi singkong yang cukup tinggi, jadi ini secara umum memiliki potensi yang cukup besar untuk membuat modifikasi pangan dari singkong sebab kita jadi daerah penghasil. Dengan pengembangan modifikasi makanan dari singkong ini kita bisa berusaha agar tidak terlalu bergantung terhadap beras sebagai pangan utama,” ucapnya.

Dia menjelaskan modifikasi pangan dari ubi kayu saat ini banyak yang telah dikembangkan seperti tepung mocaf sebagai pengganti tepung terigu, beras analog sebagai pengganti beras padi, yang semuanya memiliki nilai gizi yang sama.

“Singkong ini bisa dibuat jadi kue basah, tepung mocaf, beras analog yang bentuk dan rasanya seperti beras padi. Kami pun terus berusaha mengembangkan berbagai modifikasi pangan lain berbahan dasar jagung, porang dan termasuk berbahan dasar dari singkong yang sangat melimpah disini,” tambahnya.

Menurut dia, dengan adanya upaya pengembangan keberagaman produk pangan tersebut dapat mendukung terjaganya ketahanan pangan bagi masyarakat.

“Memang tidak bisa secara langsung mengubah kebiasaan masyarakat untuk mengkonsumsi suatu komoditas sebagai bahan pangan utama, akan tetapi dengan adanya pengembangan-pengembangan keberagaman pangan dari berbagai komoditas ini bisa secara sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan atas satu komoditas tersebut agar ketahanan pangan tetap terjaga,” katanya.

Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Lampung, ubi kayu menjadi komoditas yang produksinya terbesar di Indonesia. Pada 2022 produksi Indonesia mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 6.719.088 ton dari sebelumnya yang hanya 5.995.206 ton.

Sedangkan pada 2020 produksi ubi kayu Lampung berjumlah 5.846.981 ton, 2019 ada 4.929.044 ton, 2018 sebanyak 5.055.614 ton.

Lokasi sentra ubi kayu di Lampung diketahui ada di Kabupaten Lampung Tengah dengan produksi pada 2022 sebanyak 2.502.896 ton, Lampung Utara 1.120.450 ton.

Lalu Kabupaten Tulang Bawang Barat sebanyak 732.729 ton, Lampung Timur 1.000.666 ton, dan Tulang Bawang sebanyak 778.534 ton.

Dan berdasarkan data Kementerian Pertanian umbi singkong memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap yakni dengan mengandung energi per 100 gram sebesar 154 kkal, protein 1 gram, karbohidrat 36,8 gram, lemak 0,3 gram, kalsium 77 miligram, fosfor 24 miligram, dan zat besi 1,1 miligram.

Baca juga: Pusri edukasi penyuluh pertanian di Lampung dukung swasembada pangan

Baca juga: Pengamat: Pakan ternak dari batang singkong perlu dikembangkan

Baca juga: Kementan sebut singkong memungkinkan dapat subsidi pupuk

Baca juga: Lampung Tengah gelar festival kreasi olahan singkong

Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023