Jakarta (ANTARA) -
Ganjar Pranowo telah resmi menjadi bakal calon presiden (bacapres) Republik Indonesia 2024-2029 setelah mendaftarkan diri di kantor Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) pada Kamis (19/10).

Mantan Gubernur Jawa Tengah itu akan berlaga pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 berpasangan dengan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Mekopolhukam) Mohammad Mahfud Mahmodin atau yang populer dengan nama Mahfud MD.
 
Ganjar, ayah satu anak itu, resmi diusung sebagai bacapres PDIP setelah diumumkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Istana Batu Tulis pada Jumat (21/4).
 
Acara pengumuman tersebut dihadiri oleh Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ke-19 Puan Maharani, Sekretaris Jendral PDI-Perjuangan Hasto Kristiyanto, beserta kader partai PDI Perjuangan lainnya.
 
Kemudian setelah mempertimbangkan nama-nama tokoh nasional yang akan diusung untuk mendampingi Ganjar, pada Rabu (18/10), bertempat di Gedung DPP PDI Perjuangan, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri secara resmi mengusung Mahfud MD sebagai bacawapres untuk menghadapi Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024.
 
Ganjar dan Mahfud maju dalam kontestasi Pilpres 2024 dengan diusung oleh PDI Perjuangan, PPP, Hanura, dan Perindo.

Riwayat hidup dan karier politik
 
Perjalanan Ganjar di kancah politik Indonesia dimulai dari menjadi wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Gubernur Jawa Tengah, hingga menjadi kandidat untuk kursi orang nomor satu di Republik Indonesia.
 
H. Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P. adalah politikus Indonesia yang lahir di Karanganyar, Jawa Tengah, pada 28 Oktober 1968, dengan nama Ganjar Sungkowo dari ayah bernama Parmudji Pramudi Wiryo yang berprofesi sebagai polisi dan ibu bernama Sri Suparni.
 
Nama Ganjar mencuri perhatian masyarakat berkat kepemimpinannya yang cemerlang dan karakternya yang dekat dengan rakyat selama menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah selama dua periode 2013-2018 dan 2018-2023.
 
Sebelum terjun ke dunia politik, suami dari Hj. Siti Atikoh Supriyanti itu mengenyam pendidikan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
 
Semasa menjadi mahasiswa, Ganjar aktif dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan serta kegiatan pecinta alam di mana ia pernah melatih untuk SMA Negeri 8 Yogyakarta dan SMA Negeri 1 Sewon, Bantul.
 
Selama kuliah di UGM, Ganjar mengaku sempat cuti kuliah selama dua semester akibat tidak memiliki biaya untuk perkuliahan.
 
Selain itu Ganjar juga meraih gelar S-2 di Jurusan Ilmu Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
 
Ganjar dikenal sebagai pengagum sosok Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno atau Bung Karno.
 
Hal itu juga yang membawa Ganjar memulai perjalanan politiknya dengan menjadi simpatisan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Namun pada 1996, PDI dilanda konflik internal antara pendukung Soerjadi dan Megawati Soekarnoputri sebagai representasi trah Bung Karno.
 
Ganjar kemudian ikut mendukung Megawati, namun hal itu sempat membuat Ganjar dimarahi ayahnya yang merupakan seorang anggota polisi, sedangkan kakaknya seorang hakim, yang oleh rezim Orde Baru seluruh pejabat publik dilarang berpolitik dan harus mendukung Golkar sepenuhnya.
 
Rentetan perjalanan hidup tersebut akhirnya membuat Ganjar mantap untuk meniti karier politik lewat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) yang didirikan dan dipimpin oleh Megawati Sukarnoputri.
 
Di bawah naungan PDI Perjuangan, Ganjar kemudian maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) DPR RI pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2004.
 
Ganjar awalnya tidak lolos saat mencalonkan diri sebagai anggota DPR pada 2004,  tetapi ia menerima tugas sebagai pengganti antarwaktu (PAW) untuk menggantikan rekan separtainya yang berada dalam daerah pemilihan yang sama (Jawa Tengah 7) yakni Jakob Tobing, yang ditugaskan oleh Presiden Megawati Sukarnoputri menjadi Duta Besar untuk Korea Selatan.
 
Usai melepas kursi sebagai anggota dewan, Ganjar kemudian melanjutkan karier politiknya dengan maju menjadi calon gubernur dalam Pemilihan Umum Gubernur Jawa Tengah Tahun 2013-2018, berpasangan dengan Heru Sudjatmoko yang diusung oleh PDIP.
 
Ganjar-Heru yang maju dengan slogan "Mboten korupsi, mboten ngapusi" (Tidak korupsi, tidak membohongi) keluar sebagai pemenang.
 
Dia kembali maju menjadi Gubernur Jawa Tengah untuk periode 2018-2023 berpasangan dengan Taj Yasin Maimoen dan kembali menang dengan perolehan suara 58,78 persen.
 
Satu hal yang membuat Ganjar sangat populer di masyarakat khususnya di konstituennya adalah keaktifannya untuk berkomunikasi langsung dengan publik di media sosial Twitter, yang saat ini telah berganti nama menjadi X.
 
Dia juga meminta para penjabat untuk aktif di media sosial agar bisa langsung menerima keluhan dari warga serta menanggapi dan mengetahui informasi terbaru dari daerah masing-masing.
 
Melalui media sosial, dirinya bisa mendengarkan masukan, kritik, bahkan mendengarkan protes dari masyarakat yang tidak suka dengan kebijakannya dalam memimpin Jawa Tengah.
 
Kursi presiden Republik Indonesia saat ini dijabat oleh Presiden Joko Widodo sebagai Presiden ke-7 RI. Sebelum menduduki kursi presiden, Jokowi juga menjabat sebagai Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.
 
Ganjar juga memiliki latar belakang yang sama dengan Jokowi yakni sama-sama pernah menjabat sebagai gubernur, dengan Ganjar menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. Pertanyaan yang tentu ada di benak publik adalah "apakah Ganjar akan mengulang tren gubernur yang menjadi presiden?"
 
Jawabannya tentu ada di tangan rakyat Indonesia yang akan terungkap pada hasil penghitungan suara pada 14-15 Maret 2023 dan rekapitulasi penghitungan suara pada 15 Februari-20 Maret 2024.







 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023