Ancaman bahaya Gunung Slamet saat ini erupsi freatik maupun magmatik
Jakarta (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) hari ini telah menaikkan status bahaya vulkanik Gunung Slamet di Jawa Tengah, dari sebelumnya level I atau normal menjadi level II atau waspada.

"Kegempaan yang terekam selama tanggal 1 sampai 18 Oktober 2023 adalah 2.096 kali gempa embusan," kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
 
Selain gempa embusan, PVMBG juga merekam ada tiga kali gempa tremor harmonik, dua kali gempa vulkanik dalam, 12 kali gempa tektonik lokal, tujuh kali gempa tektonik jauh, dan gempa tremor menerus dengan amplitudo 0,2 sampai 6 milimeter (dominan 2 milimeter).
 
Pada tanggal 1 Oktober 2023, PVMBG merekam peningkatan amplitudo gempa tremor menerus dari 2 milimeter menjadi 3 milimeter. Kemudian, pada 18 Oktober 2023, terekam gempa tremor harmonik dengan durasi maksimum sekitar 1 jam 18 menit.
 
"Kegempaan Gunung Slamet ditandai dengan peningkatan amplitudo tremor menerus yang diikuti oleh terekamnya gempa tremor harmonik dalam durasi yang panjang," kata Hendra.

Baca juga: PVMBG tingkatkan status Gunung Slamet menjadi Waspada

Baca juga: Warga diimbau tetap tenang hadapi peningkatan aktivitas Gunung Slamet

 
Amplitudo gempa tremor menerus menujukan adanya peningkatan pemanasan air tanah dalam tubuh Gunung Slamet pada kedalaman dangkal.
 
Sedangkan, gempa tremor harmonik yang terekam dalam durasi panjang menunjukkan peningkatan embusan dalam tubuh gunung api tersebut.
 
PVMBG juga melakukan pengukuran deformasi untuk mengetahui peningkatan tekanan pada tubuh Gunung Slamet.
 
Hendra menuturkan dengan adanya inflasi pada Stasiun Tiltmeter Bambangan yang merupakan stasiun tiltmeter terdekat dengan puncak menunjukkan tekanan telah bergerak menuju puncak Gunung Slamet atau berada pada kedalaman yang lebih dangkal dari sebelumnya.
 
Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan tekanan di bawah tubuh gunung api tersebut yang dapat memicu munculnya baik gempa-gempa dangkal maupun terjadinya erupsi freatik.
 
"Potensi ancaman bahaya Gunung Slamet saat ini adalah erupsi freatik maupun magmatik yang dapat menghasilkan lontaran material pijar yang melanda daerah di sekitar puncak di dalam radius dua kilometer. Hujan abu dapat terjadi di sekitar kawah maupun melanda daerah yang ditentukan oleh arah dan kecepatan angin," kata Hendra.

Gunung Slamet memiliki ketinggian 3.432 mdpl dan terletak di antara lima kabupaten, yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes.

Baca juga: Masyarakat diimbau menjauh 2 km dari puncak Gunung Slamet

Baca juga: Gunung Slamet terbangun dari "tidur" panjangnya

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023