Banyuwangi (ANTARA) - Melaksanakan program tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR) menjadi kewajiban setiap perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan maupun memanfaatkan sumber daya alam, termasuk kegiatan usaha yang berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.

Hal yang harus menjadi pedoman utama setiap perusahaan dalam menjalankan program CSR, selain terencana dengan baik dan terintegrasi dengan model bisnis perusahaan, melihat pula dampaknya. Bukan hanya terkesan sekadar menjalankan CSR alias memberikan sumbangan.

Jika hanya menyalurkan donasi dari program CSR perusahaan tanpa ada dampak positif, pada ujungnya akan menjadi mubazir. Bahkan, penerima program CSR dari perusahaan, seperti lembaga maupun organisasi masyarakat, menganggap program tersebut hanyalah proyek proposal tahunan.

Seperti yang dilakukan PT Pertamina Patra Niaga Wilayah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus) dalam menjalankan program CSR-nya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Sub holding commercial & trading Pertamina itu melakukan pemetaan dan melihat kondisi sosial sebelum melaksanakan program tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Pada suatu kesempatan, Area Manager Comm Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Wilayah Jatimbalinus Ahad Rahedi menyampaikan, setiap pelaksanaan program CSR diawali dengan pemetaan sosial yang ada di masyarakat secara geografis dan juga demografis.

Salah satu contohnya, perusahaan itu, melalui Integrated Terminal Tanjung Wangi Banyuwangi, sejak tahun 2019 menggelontorkan program CSR di Lingkungan Papring, Kelurahan/Kecamatan Kalipuro. Di kampung ini, perusahaan milik negara itu membangun rumah bambu untuk menjadi tempat berkumpulnya warga untuk melakukan aktivitas dan menggali kreativitas.
Area Manager Comm Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Wilayah Jatimbalinus Ahad Rahedi (tengah) melihat batik tulis perajin Rumah Bambu Papring Kelurahan/ Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur. Rabu (13/9/2023) ANTARA/Novi Husdinariyanto

Sebelum investasi sosial lewat program tanggung jawab sosial dan lingkungan di Kampung Papring itu diawali dengan perencanaan dan pemetaan, apakah investasi yang ditanamkan akan berdampak positif atau tidak.

Semua potensi itu tidak lepas dari latar belakang masalah di masing-masing wilayah. Perusahaan melihat potensi di Kampung Papring, kebetulan secara potensi sumber daya alam ada, yakni tempat bambu, sehingga bisa dikembangkan.

Tidak hanya itu, Rumah Bambu Papring itu juga menjadi tempat belajar anak-anak baca taman rimba (Batara), pusat kegiatan belajar masyarakat atau PKBM), dan menjadi tempat warga bekreativitas, mulai kerajinan dari bahan bambu hingga batik tulis.

Kampung Papring terletak sekitar 15 kilometer dari Kota Banyuwangi, dan berada di ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut (mdpl). Rumah Bambu Kampung Batara selaras dengan potensi di Lingkungan Papring yang dikenal dengan potensi bambunya.

Tidak hanya menggelontorkan program CSR, perusahaan itu juga terus memberikan pendampingan kepada warga di Kampung Papring.

Potensi bambu yang bisa menjadi bahan baku kerajinan didorong untuk dikembangkan. Bahkan, juga membantu pemasaran kerajinan tangan berbahan bambu, dan juga batik tulis motif bambu.

Kerajinan berbahan bambu itu dibuat beberapa produk, seperti tas tempat oleh-oleh, besek, lampion, anyaman tas dan anyaman bambu (gedek).

Dalam setiap momen, hasil kerajinan mitra binaan itu juga dikenalkan, salah satunya ketika diskusi bersama dalam forum group discussion (FGD) bersama forum CSR Banyuwangi.

Produk kerajinan batik tulis dan cap, serta kerajinan berbahan baku bambu juga usulkan masuk dalam e-katalog untuk pemasarannya.

Tak hanya kerajinan batik cap dan tulis, serta kerajinan berbahan bambu, produk kopi jenis robusta asal Lingkungan Papring yang sudah dalam bentuk kemasan juga dibantu dalam pemasarannya.

Bahkan, setiap bulan kopi robusta Papring juga di-branding di lingkungan kerja Perusahaan yang membawahi wilayah Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara itu, khususnya di Integrated Terminal Tanjung Wangi Banyuwangi.

Salah seorang warga, Nasiba, merasa bersyukur dengan adanya Rumah Bambu Papring. Karena, di usianya yang 50 tahun masih punya kesempatan melanjutkan mengenyam pendidikan, melalui Kelompok Belajar Paket A.

Nasiba merupakan perempuan putus sekolah saat kelas 5 SD. Kini ia sudah lulus Kejar Paket A dan melanjutkan Kejar Paket B.

Perempuan buruh tani itu menilai Rumah Bambu Papring yang dibangun melalui program CSR bermanfaat untuk keberlanjutan pendidikan maupun pengembangan perekonomian warga setempat.
Pertamina Patra Niaga Wilayah Jatimbalinus melalui Integrated Terminal Tanjung Wangi Banyuwangi membangun bak penampungan kotoran sapi menjadi biogas di Kampung Papring Kelurahan/ Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur. Rabu (13/9/2023) ANTARA/Novi Husdinariyanto

Selain membangun Rumah Bambu, juga dibangun bak penampungan kotoran sapi untuk diolah menjadi biogas.

Bahan baku untuk mengolah menjadi biogas tersebut mudah didapatkan di Kampung Papring, karena sebagian warga setempat juga beternak sapi, dan selama ini kotoran sapi terbuang percuma.

Program CSR perusahaan itu juga disalurkan untuk transportasi pelajar SD dan SMP, karena selama ini siswa SD dan SMP berjalan kaki ke sekolahnya, yang jaraknya sekitar 2 kilometer.

Dari berbagai program tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan di Kampung Papring sejak 2019 hingga 2023 sangat dirasakan dampak positifnya.

Dengan dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat, maka CSR, khususnya dari perusahaan milik negara (BUMN) telah menunjukkan hadirnya negara untuk memenuhi kebutuhan warga.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023