Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan titik panas (hotspot) dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah prioritas Pulau Kalimantan berkurang drastis di pekan ketiga Oktober.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam paparan yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa, menyebut wilayah tersebut, yakni Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.

Baca juga: Delapan titik panas terdeteksi BMKG di Kalimantan Timur

"Terutama di Kalimantan Tengah jumlah hotspot dalam bulan Oktober ini pekan pertama sangat tinggi, pekan kedua turun, pekan ketiga turun," ujar Abdul.

Dalam paparan singkatnya, tampak penurunan hotspot wilayah terdampak karhutla dari pekan pertama hingga ketiga bulan Oktober.

Di wilayah Kalimantan Tengah, dari pekan pertama 30.478 titik, kemudian menurun pada pekan kedua 11.245 titik, dan pekanu ketiga 6.224 titik.

Kemudian, di Kalimantan Selatan dari pekan pertama 7.144 titik, kemudian menurun pada pekan kedua 1.998 titik, dan pekan ketiga 892 titik.

Sementara di Kalimantan Barat, dari pekan pertama 5.692 titik, kemudian menurun pada pekan kedua 626 titik, dan pekan ketiga 382 titik.

Namun, menurut Abdul, wilayah Sumatera Selatan masih menampakkan kenaikan hotspot. Dari pekan pertama 16.207 titik, kemudian menurun pada pekan  kedua 11.161 titik, dan pekan ketiga naik menjadi 18.459 titik.

Baca juga: Dari pantauan BMKG, ada 50 titik panas di Kalimantan Selatan

Baca juga: BMKG: Hotspot di Kalimantan dan Sumatera masih tinggi


"Sedangkan di provinsi yang lain, secara umum di pekan ke-3 bulan Oktober turun. Ini yang kita harapkan sebenarnya, dan memang sesuai dengan yang kita hitung di awal, harusnya dengan kondisi musim dan cuaca yang kita harapkan sudah mulai bergeser ke peralihan dari kering ke hujan. Harusnya jumlah titik hotspot dan cakupan daerah-daerah terbakar juga akan berkurang," ujar Abdul.

Abdul mengatakan wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir yang terdapat banyak hotspot di Sumatera Selatan sulit diakses.

Sehingga, respons tim darat yang menjadi ujung tombak kesulitan untuk menjangkau lokasi. Maka dari itu, bertumpunya pemadaman karhutla di wilayah itu pada satuan udara water bombing BNPB.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023