Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan lesunya perdagangan saham di bursa regional menjadi salah satu pendorong melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Semua indeks di region minus cukup dalam dan berpengaruh ke stock market kita, dengan demikian ini terpengaruh ke rupiah juga," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa.

Chatib mengatakan lesunya perdagangan saham ini terlihat di pasar saham beberapa negara Asia, seperti Jepang, Hong Kong, Thailand dan Singapura.

Menurut dia, kondisi ini juga diakibatkan oleh rencana penarikan pelonggaran kuantitatif (QE) oleh Bank Sentral AS (The Fed) yang menimbulkan kekhawatiran dari para investor.

"Rencana The Fed untuk scale back QE membuat investor agak khawatir dengan arus modal ke emerging market dan membuat pasar regional jatuh," katanya.

Chatib mengharapkan kinerja rupiah mulai stabil ketika adanya kepastian terkait kenaikan harga BBM bersubsidi, karena kebijakan tersebut dapat membuat tekanan terhadap impor migas berkurang.

Hal tersebut terlihat ketika pemerintah menyesuaikan harga BBM bersubsidi pada 2005 dan 2008 dan menyebabkan neraca perdagangan terlihat lebih memadai.

"Kalau kita lihat data empiris pada 2005 dan 2008, impor migas mengalami penurunan, jadi (setelah ada kenaikan harga BBM) kita bisa harapkan rupiah menguat karena neraca perdagangan membaik," katanya.

Chatib mengatakan Kementerian Keuangan telah melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia untuk mengantisipasi seluruh perkembangan ekonomi regional dan global, yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

"Kami dan Bank Indonesia sudah melakukan koordinasi. Saya tidak bisa bicara banyak, tapi detail sudah dilakukan," katanya.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013