Paris (ANTARA) - Jurnalis gambar kantor berita Reuters Issam Abdallah terbunuh pada 13 Oktober di Lebanon selatan akibat serangan yang "ditargetkan" dari arah perbatasan Israel, kata Reporters Without Borders (RSF) pada Minggu (29/10), berdasarkan temuan awal penyelidikannya.

"Menurut analisis balistik yang dilakukan RSF, tembakan datang dari arah timur tempat para jurnalis berdiri; dari arah perbatasan Israel," kata RSF.

"Dua serangan di tempat yang sama dalam waktu singkat (lebih dari 30 detik), dari arah yang sama, jelas menunjukkan sasaran yang tepat," lanjutnya.

Laporan RSF tidak menyimpulkan siapa yang melancarkan serangan terhadap jurnalis tersebut atau memberikan analisis mendasarnya.

Angkatan Bersenjata Israel (IDF) belum menanggapi permintaan komentar mengenai temuan RSF. IDF sebelumnya telah mengatakan pihaknya tidak sengaja menargetkan jurnalis dan pihaknya sedang menyelidiki insiden 13 Oktober tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, Reuters mengatakan: "Kami sedang meninjau kesimpulan awal yang dicapai oleh Reporters Without Borders (RSF), yang menemukan bahwa Issam Abdallah dan jurnalis lainnya di Alma el-Chaab tampaknya sengaja ditembaki dari arah Israel pada 13 Oktober.

“Kami menegaskan kembali seruan kami kepada pihak berwenang Israel untuk melakukan penyelidikan yang cepat, menyeluruh dan transparan atas apa yang terjadi. Dan kami menyerukan kepada semua pihak berwenang lainnya yang memiliki informasi mengenai insiden tersebut untuk memberikannya. Kami akan terus memperjuangkan hak semua jurnalis untuk melaporkan kejadian tersebut, melaporkan berita tersebut demi kepentingan publik, bebas dari pelecehan atau bahaya, di mana pun mereka berada," lanjut pernyataan itu.

Abdallah terbunuh pada 13 Oktober saat bekerja dengan enam jurnalis lainnya di dekat desa Alma al-Shaab, dekat perbatasan Israel, tempat militer Israel dan milisi Hizbullah Lebanon saling baku tembak.

RSF mengatakan temuan awalnya didasarkan pada apa yang digambarkannya sebagai "analisis menyeluruh terhadap laporan saksi mata, rekaman video, dan keahlian balistik". Investigasi terus berlanjut, tambah laporan itu.

"Adalah tidak mungkin para jurnalis disangka sebagai kombatan, terutama karena mereka tidak bersembunyi: untuk mendapatkan pandangan yang jelas, mereka telah berada di tempat terbuka selama lebih dari satu jam, di puncak bukit,” ungkapnya.

"Mereka mengenakan helm dan rompi antipeluru bertanda 'press'," lanjut laporan tersebut.

Ketika ditanya mengapa mereka mempublikasikan temuan awal dan video berdurasi enam menit dibandingkan menunggu sampai penyelidikan selesai, kepala desk Timur Tengah RSF, Jonathan Dagher, mengatakan: "Kami yakin dengan temuan kami pada tahap ini dan ingin masyarakat untuk mengetahui hal ini."

"Ada unsur lain yang belum bisa kami konfirmasi," tambahnya tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Tentara dan Pemerintah Lebanon menyalahkan Israel atas kematian Abdallah. Sumber militer Lebanon mengatakan kepada Reuters bahwa klaim tersebut didukung oleh penilaian teknis di lapangan yang dilakukan setelah serangan tersebut.

Abdallah bersama dua jurnalis Reuters lainnya, Maher Nazeh dan Thaer Al-Sudani, serta jurnalis dari kelompok media Al Jazeera dan Agence France-Presse, ketika dia dibunuh.

Sumber: Reuters
Baca juga: Lebanon sebut tentara Israel tembak seorang wartawan
Baca juga: RSF: hampir 1.700 jurnalis terbunuh dalam 20 tahun terakhir
Baca juga: Wartawan Al Jazeera dikabarkan tewas oleh tentara Israel di Tepi Barat

 

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023