Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso menilai pemerintah hanya perlu merevitalisasi penggilingan padi dan membatasi penambahan penggilingan baru demi menjaga stabilisasi harga gabah dan beras.

“Sekitar Jawa, sampai Lampung itu (penggilingan padinya) tertekan karena jumlahnya memang sudah berlebih. Jumlah penggilingan padi kita itu terlalu berlebih makanya kita mengimbau pemerintah jangan membangun baru, revitalisasi harusnya,” kata Ketum Perpadi Sutarto ditemui di acara diskusi publik SRP dan Beras Berkelanjutan di Jakarta, Rabu.

Sutarto mengakui fenomena El Nino membuat musim panceklik menjadi lebih panjang sehingga musim tanam yang seharusnya sudah bisa dimulai menjadi tertunda dan berakibat pada menurunnya supply gabah.

“Kita mengingatkan pemerintah harus siap. Kalau normal kan Februari harusnya sudah panen. Tapi ini bisa jadi sampai April baru panen lagi. Kalau melihat sekarang ada gejala hujan meskipun ramalan BMKG itu Jawa ke timur masih kering. Padahal produksi terbesar ya Pulau Jawa,” ucapnya.

Fenomena El Nino, lanjutnya, juga berdampak pada banyaknya penggiling padi yang terpaksa berhenti beroperasi. Bahkan sebagian penggiling padi berubah haluan dengan menggiling beras pecah kulit.

“Kasus ini di lapangan ada yang sekarang mereka menggiling pecah kulit kemudian dikirim ke penggiling padi yg lebih besar. Karena kalau penggilingan padi kecil sampai ke mengolah beras medium itu harga HET (Harga Eceran Tertinggi) tidak terpenuhi,” ucapnya.

Salah satu alternatif tanam di masa El Nino menurut Sutarto dengan memanfaatkan air bendungan meski debit airnya tidak cukup untuk mengairi seluruh sawah di Pulau Jawa. Alternatif lain dengan mengonversi lahan rawa lebak seperti yang ada di Sumatera Selatan dan konversi rawa pasang surut di Kalimantan.

“Itu yang sebenarnya bisa didorong tapi harus disiapkan benihnya yang cocok. Kemudian bagaimana nanti pemeliharaan tanamannya di wilayah itu, penyuluhan dan sebagainya,” tambahnya.

Adapun Perpadi mencatat harga rata-rata gabah masih di atas Rp7.000, jauh di atas ketetapan pemerintah untuk harga gabah kering panen yang sebesar Rp5.000 di tingkat petani dan Rp5.100 di tingkat penggilingan. Sedangkan untuk harga gabah kering giling di penggilingan ditetapkan sebesar Rp6.200

Kemudian untuk beras medium mencapai Rp12.000, padahal Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 7 Tahun 2023 menetapkan harga eceran tertinggi untuk beras medium Rp10.900 per kg.

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023