Malang (ANTARA) - Tim mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan alat kontrasepsi bagi pria berbahan baku buah leunca.

Ketua Tim Fikes, Adinda Shakira Pundi Laras mengemukakan bahwa saat ini variasi produk alat kontrasepsi bagi pria masih terbilang minim, terutama yang dapat digunakan secara praktis.

"Kondisi ini yang menginspirasi kami menciptakan alat kontrasepsi nabati menggunakan formula tansdermale patch berbahan dasar buah leunca. Alat ini mampu menjadi antifertilitas nabati bagi individu," katanya di Malang, Jawa Timur, Rabu.

Adinda mengatakan penggunaan alat kontrasepsi nabati ini mudah dan sederhana, yakni hanya dengan menempelkan ke bagian tubuh tertentu dan membiarkan zat meresap ke dalam tubuh. Tidak butuh waktu lama, inovasi ini mampu memberikan efek terhadap penurunan jumlah rata-rata spermatozoa pada seorang laki-laki.

"Alat kontrasepsi nabati yang kami coba ciptakan ini jauh lebih sederhana dalam pemakaiannya, tinggal tempel saja di bagian tubuh tertentu dan efeknya akan langsung bisa dirasakan," ujar mahasiswa angkatan 2020 itu.

Baca juga: Mahasiswa UMM ciptakan alat pemberi pakan ayam otomatis berbasis IoT

Baca juga: Mahasiswa Komunikasi UMM luncurkan 14 karya portal berita


Formula tansdermale patch merupakan media yang menghantarkan obat melalui kulit. Dikombinasikan dengan beberapa bahan lainnya, seperti HPMV-PVP dengan bahan aktif ekstrak etanol daun binahong memungkinkan produk ini memiliki elastisitas yang baik serta mampu menyerap air.

Mahasiswa yang saat ini menempuh pendidikan program studi farmasi tersebut menjelaskan, selain sederhana, penggunaan alat ini relatif aman.

"Bahan-bahan tersebut dipilih karena banyak membawa manfaat, di antaranya mudah dilepaskan, menghindari degradasi obat di saluran pencernaan, praktis dan nyaman, juga mudah dihilangkan apabila ditemukan efek negatif dalam penggunaan," tambahnya.

Pemilihan buah leunca juga tidak lepas dari penemuan bahwa buah tersebut terbukti secara ilmiah mengandung senyawa tanin, saponin, flavonoid, serta solasodin. Senyawa ini dapat memengaruhi spermatogenesis, karena menekan sekresi hormon reproduksi yang diperlukan selama proses reproduksi.

"Pemilihan bahan dan media ini diharapkan mampu secara efektif meningkatkan partisipasi laki-laki dalam ber-KB dan menunda kelahiran anak. Sehingga, secara sistemik mampu menekan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia. Dalam jangka panjang juga diharapkan mampu meningkatkan kualitas penduduk di Indonesia," tambahnya.

Saat ini, pengembangan produk alat kontrasepsi nabati telah melewati berbagai proses, mulai dari uji pH, uji kelembapan, dan berbagai proses lainnya.

Adinda mengatakan produk tersebut sudah 90 persen rampung dan baru diujicobakan ke kalangan terdekat terlebih dahulu.

"Untuk saat ini kita berfokus pada produksi dan penggunaan untuk lingkup terdekat terlebih dahulu. Namun, tidak menutup kemungkinan dalam pengembangannya, produk ini dapat diproduksi dan dipasarkan secara luas, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat banyak," ucapnya.

Baca juga: Tujuh negara jadi lokasi KKN puluhan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Baca juga: Mahasiswa UMM buat pupuk organik dari limbah tahu

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023