Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkapkan masih banyak titik sesar gempa yang belum terpetakan di Indonesia.

"Kita banyak dikejutkan oleh gempa-gempa yang bersumber dari sesar yang belum terpetakan. Ini menjadi tantangan kita bersama para ahli geologi, tektonik untuk memetakan seluruh gempa yang belum terpetakan," kata Daryono dalam dialog mitra BMKG, Jumat.

Dia mencontohkan gempa kota Ambon, Maluku, pada 2019, gempa Ampana (Sulawesi Tengah, 2021), dan gempa Cianjur (Jawa Barat, 2022) sebagai beberapa bencana yang sesar gempanya belum terpetakan sebelumnya.

Daryono juga menyebut adanya kewaspadaan terhadap fenomena gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 2018 yang terjadi terus menerus dengan kekuatan 6,5 magnitudo, 6,9 magnitudo hingga 5,7 magnitudo yang memicu titik sesar aktif di sekitarnya.

"Kita menyaksikan banyak gempa-gempa yang belum terpetakan di luar prediksi para ahli dan berdampak besar," katanya.

BMKG secara aktif mengumpulkan pola-pola gempa sebagai langkah mitigasi risiko meminimalisir banyaknya korban jiwa.

Hal itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab BMKG sebagai salah satu tanggap bencana untuk memantau peningkatan aktivitas.

"Setiap ada gempa kita kumpulkan dan pola-pola itu sudah ada bahwa daerah itu pernah ada terjadi gempa ada peningkatan kegempaan," ujarnya.

Baca juga: Mencari sesar yang meluluhlantakkan Cianjur
Baca juga: BMKG: Bekali diri, jangan andalkan teknologi selamat dari bencana

Daryono menekankan pentingnya membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terkait potensi gempa di Tanah Air. Sosialisasi ke masyarakat terus dilakukan sebagai upaya mitigasi risiko bencana.

BMKG terus menyusun peta ancaman bahaya gempa dan tsunami seperti kesiapsiagaan petugas, masyarakat hingga latihan dan jalur evakuasi untuk bencana.

"Yang pasti harus memahami peta ancaman bahaya itu dan itu bisa dibuat oleh BMKG," ucapnya.

BMKG bersama sejumlah pemangku kepentingan terkait senantiasa bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bencana alam.

Selain itu, dia juga menyebutkan pihaknya tetap berupaya untuk meningkatkan kualitas teknologi peringatan dini bencana alam, agar masyarakat dapat lebih mewaspadai adanya bencana yang datang.

BMKG terus belajar dari sejumlah bencana gempa bumi dan tsunami yang telah melanda Indonesia beberapa tahun belakangan.
​​​​​
Baca juga: Pakar: Disabilitas harus jadi perhatian peringatan dini bencana alam
Baca juga: BMKG: Gempa magnitudo 5,3 guncang wilayah barat laut Enggano Bengkulu
 

Pewarta: Erlangga Bregas Prakoso
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2023