Shanghai (ANTARA) - Pembangunan ekonomi di kawasan Delta Sungai Yangtze, China, digadang-gadang sebagai jangkar bagi stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional China, menurut sebuah laporan indeks tentang kekuatan pendorong inovasi di kawasan tersebut.

Antara tahun 2018 hingga 2022, tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata pendorong inovasi di kawasan tersebut mencapai 4,8 persen, yang pada dasarnya sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi, kata laporan yang dirilis oleh Akademi Ilmu Sosial Shanghai belum lama ini.

Pada periode yang sama, Produk Domestik Bruto (PDB) kawasan Delta Sungai Yangtze tumbuh pada tingkat tahunan rata-rata sekitar 5,5 persen, menyumbang 24 persen dari total nasional. Jumlah kota di kawasan itu yang mencatatkan PDB lebih dari 1 triliun yuan (1 yuan = Rp2.167) atau sekitar 139,28 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.861) bertambah dari semula enam menjadi delapan kota, menyumbang sekitar sepertiga dari total nasional.

Menurut penelitian Akademi Ilmu Sosial Shanghai, kawasan Delta Sungai Yangtze saat ini berada dalam perjalanannya membangun klaster industri berkelas dunia di berbagai bidang antara lain integrated circuit (IC), biomedis, kecerdasan buatan, dan kendaraan energi baru.

Pada 2022, pendapatan bisnis IC di Delta Sungai Yangtze menembus 720 miliar yuan, yang meliputi lebih dari 60 persen dari total nasional. Di antara 3.000 lebih perusahaan terkait bioteknologi dan farmasi di China, hampir setengahnya berada di kawasan itu.

Akademi tersebut memperkirakan bahwa dari tahun 2018 hingga 2022, total perdagangan luar negeri Delta Sungai Yangtze telah meningkat sebesar 4,01 triliun yuan, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata berada di level 6,38 persen, meliputi sekitar 36 persen dari total perdagangan luar negeri negara itu. 
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023