Jakarta (ANTARA) - Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Itje Chodidjah mengungkapkan bahwa pegiat budaya internasional mengharapkan adanya keterlibatan generasi muda di dalam negeri yang intens untuk melestarikan eksistensi kesenian wayang kulit.

"Itu yang mereka sebut sebagai bentuk nyata pelestarian budaya (keterlibatan generasi muda)," kata Itje dalam keterangan di Jakarta, Ahad.

Itje menjelaskan bahwa pertunjukan wayang kulit Indonesia tidak hanya ditetapkan sebagai warisan budaya nasional tapi juga dunia melalui Intangible Cultural Heritage (ICH) dari UNESCO.

Dia mengharapkan pengakuan internasional dari UNESCO tersebut harus dijaga karena berpotensi baik untuk meningkatkan reputasi dan martabat wayang Indonesia.

Baca juga: Pemprov Kalsel sasar pelajar untuk pelestari wayang kulit Banjar

Baca juga: ANRI rayakan Sumpah Pemuda tularkan nilai Soekarno lewat wayang kulit


Ia menyebutkan hal ini dikarenakan meskipun pertunjukan wayang masih dinikmati sebagian besar masyarakat Indonesia, tetapi di saat yang bersama juga sedang berjuang mempertahankan eksistensinya di tengah determinasi kemajuan teknologi informasi yang menjadi alternatif kawula muda.

"Untuk itu bisa di mulai dari mengedepankan seniman senior untuk berperan aktif berkolaborasi dengan generasi muda untuk mendorong eksistensi wayang kulit," kata dia.

Menurutnya, hal ini seperti yang dilakukan oleh Sanggar Seni Budaya Bumi Manunggal Sri Sidomulyo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah pada Kamis (2/11) yang menggelar pertunjukan wayang kulit melibatkan anak muda.

Pertunjukan yang mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi itu digelar dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional dan momen memperingati The Wayang Puppet Theatre dari UNESCO.

Pagelaran wayang kulit tersebut menampilkan lakon Wahyu Tirta Suci yang dimainkan secara apik oleh Dalang Ki Gatot Tomo Pandoyo.

Ratusan warga tampak antusias menyaksikan pertunjukan yang berlangsung selama sekitar 12 jam tersebut.

Lakon Wahyu Tirta Suci merupakan karya Ki Gatot Purwo Pandoyo yang berbicara tentang berbagai aspek meliputi pendidikan dan budaya Indonesia, menekankan pentingnya Pancasila dan integritas pribadi.

Lakon tersebut juga menyinggung peran pemerintah dalam mengatasi perundungan sekolah dan mempromosikan lingkungan belajar yang nyaman dan inklusif.

"Kerja sama antargenerasi penting dipertahankan. Eksistensi kesenian wayang kulit ditentukan generasi muda," kata dia.*

Baca juga: Budayawan: Wayang kulit sarana pendidikan karakter anak bangsa

Baca juga: Lima penonton wayang kulit HUT ke-77 Bhayangkara terima kunci rumah 

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023