Serang (ANTARA) - Sebanyak 7,5 ton daun talas beneng asal Banten di ekspor ke Amerika Serikat, yang di lepas langsung oleh Pejabat (Pj) Gubernur Banten, Al Muktabar di CV Unni Talas Beneng, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten, Senin (6/11).
 
Al Muktabar di Serang, Banten, Senin, mengatakan, talas beneng ini merupakan komoditi yang berasal dari Banten yang terus dikembangkan mulai dari olahan daun, umbi, akar, hingga akarnya.
 
"Baru saja memberangkatkan ekspor cacahan talas beneng ke Amerika Serikat sebanyak 7,5 ton. Talas beneng ini bisa dimanfaatkan mulai dari daun, batang, akar hingga umbinya, contohnya menjadi bahan makanan," katanya.
 
Al mengatakan, komoditi ini sangat potensial dan bernilai ekonomi tinggi serta  menguatkan komoditi pangan, hal ini berdasarkan hasil riset dan temuan dari Kementerian Pertanian.
 
"Provinsi Banten mendorong untuk pengembangannya ke depan. Daunnya itu sudah tergolong sendirisasi, tapi ke depan tadi saya bicarakan bagaimana  sampai ke tingkat produksi paling hilir," katanya.
 
Al mengatakan, akan mengembangkan komoditi tumbuhan talas beneng ini bekerja sama dengan hutan sosial dari hutan lindung karena tanaman talas ini dianggap tidak mengganggu dan merupakan tanaman liar.
 
"Jadi kita bisa kembangkan di hutan-hutan termasuk di pekarangan rumah maupun Kantor Dinas. Karena memang tanaman ini tidak menggangu dan tidak memiliki hama, justru dia seperti tanaman hias," katanya.
 
Sementara itu, Pemilik CV Unni Talas Beneng, Ruliantina (50) mengatakan, telah melakukan ekspor yang ke tiga kalinya, diantaranya yakni ke Australia dan Amerika Serikat.
 
Ia menyebutkan bahwa, permintaan talas beneng untuk ekspor ini memang lumayan besar karena Banten banyak tumbuhan talas beneng tapi tidak dapat memenuhi kuota.
 
"Ini ekspor yang ketiga kalinya. Karena memang permintaan ekspor ini cukup tinggi tapi Banten masih belum bisa memenuhi kuota tersebut," katanya.
 
Ia juga mengatakan, untuk perkebunan talas beneng di Banten tersebar di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Rangkasbitung. Pihaknya akan melakukan pengembangan budidaya ke daerah Badui karena disana menjadi tempat wisata dan lahan tidur yang cukup luas.

Pewarta: Desi Purnama Sari
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023