Gaza (ANTARA) - Para pemimpin organisasi PBB menyatakan "cukup" dan menuntut gencatan senjata kemanusiaan pada Senin (6/11), sedangkan otoritas kesehatan Palestina mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan Israel kini melebihi 10.000 orang.

Israel menolak tekanan internasional yang meningkat untuk melakukan gencatan senjata, dan mengatakan bahwa sandera yang disandera oleh militan Hamas selama serangan mereka dari Gaza ke Israel selatan pada 7 Oktober harus dibebaskan terlebih dahulu.

Hamas mengatakan pihaknya tidak akan membebaskan para sandera saat Gaza sedang digempur Israel.

Wartawan Reuters di Gaza mengatakan bombardemen Israel melalui udara, darat dan laut pada malam hari adalah salah satu serangan paling intens yang dipicu oleh serangan 7 Oktober di mana Hamas menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 240 orang.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan setidaknya 10.022 warga Palestina telah terbunuh, termasuk 4.104 anak-anak. Organisasi-organisasi internasional mengatakan rumah sakit tidak dapat menangani korban luka dan makanan serta air bersih hampir habis dan pengiriman bantuan tidak mencukupi.

“Seluruh penduduk terkepung dan diserang, tidak diberi akses terhadap kebutuhan penting untuk bertahan hidup, rumah, tempat penampungan, rumah sakit dan tempat ibadah mereka dibom. Ini tidak dapat diterima,” kata para pemimpin PBB dalam pernyataan bersama.

"Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan segera. Sudah 30 hari berlalu. Cukup sudah. Ini harus dihentikan sekarang," lanjut pernyataan para pemimpin PBB tersebut.

Ke-18 negara yang menandatangani perjanjian tersebut termasuk Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (UNHRC) Volker Turk, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan kepala bantuan PBB Martin Griffiths.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sedang melakukan tur ke wilayah tersebut untuk mencoba mengurangi risiko eskalasi konflik, menyalurkan lebih banyak bantuan ke Gaza, dan menyusun rencana untuk masa depan yang berkelanjutan bagi Israel dan Palestina.

Militer Israel mengatakan pasukannya telah merebut kompleks militan dan siap menyerang pejuang Hamas yang bersembunyi di terowongan bawah tanah dan bunker di Jalur Gaza utara, setelah mengisolasi daerah tersebut dengan pasukan dan tank.

Sayap bersenjata Hamas, brigade Al-Qassam, mengatakan pihaknya telah merusak 27 kendaraan militer Israel dalam 48 jam dan menimbulkan kerugian besar dalam pertempuran langsung dengan pasukan Israel.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan puluhan orang tewas akibat serangan udara Israel di utara dan selatan, dengan delapan orang tewas dalam serangan udara yang menghantam rumah sakit kanker Rantissi di Kota Gaza.

Militer Israel hanya mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan tersebut.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan pihaknya telah mengawal konvoi empat ambulans pasien dari Kota Gaza ke perbatasan Rafah dengan Mesir, menyatakan rasa lega. Evakuasi telah ditangguhkan sejak gempuran Israel terhadap ambulans pada Jumat.

Sementara itu, Direktur CIA AS William Burns dijadwalkan mengunjungi Israel pada Senin untuk membahas perang dan intelijen dengan para pejabat, seperti dikutip New York Times. Burns juga akan berkunjung ke negara-negara lainnya di kawasan, kata seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.

CIA tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Sumber: Reuters
Baca juga: Serangan udara Israel tewaskan 51 warga Palestina di kamp Al-Maghazi
Baca juga: Situasi terkini Gaza, serbuan Israel ke ambulans buat evakuasi ditunda
Baca juga: Netanyahu tolak gencatan senjata di Gaza sampai sandera dibebaskan

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023