Jakarta (ANTARA) - Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) mendorong peran kaum ibu dalam upaya ketahanan energi di Tanah Air.

Untuk itu, OASE KIM menggelar diskusi "Ngobrol Bareng Penghematan Energi di Lingkup Rumah Tangga" bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Jakarta, Selasa.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan dirinya bangga atas antusiasme ibu-ibu anggota OASE KIM dan PKK, yang ikut serta dalam usaha ketahanan energi dan penanggulangan permasalahan lingkungan.

Arifin pun mengajak kaum ibu untuk peduli terhadap ketahanan energi dan dapat memanfaatkan energi dengan optimal.

"Kalau hanya bapak-bapak saja, progresnya pasti lama, tapi dengan bantuan ibu-ibu, insya Allah, semuanya bisa dipercepat, karena pengaruh ibu itu sangat luar biasa. Kita harus concern dengan ketahanan energi kita. Bagaimana kita bisa memanfaatkan energi ini seoptimal mungkin, sehingga keberadaan energi akan selalu bersama-sama kita. Kalau kita boros, nanti cepat habis, biaya energi menjadi mahal, dan ongkos kesehatan menjadi sangat tinggi," ujar Arifin dalam keterangannya di Jakarta.

Menurut dia, Kementerian ESDM memiliki berbagai program terkait ketahanan energi, yang salah satunya program sambungan pipa gas ke rumah tangga (jargas).

Program itu diharapkan dapat mengurangi impor elpiji mengingat saat ini 70 persen bahan bakar, yang dikonsumsi berasal dari impor.

Pemerintah pun, lanjutnya, berupaya untuk mengoptimalisasi produksi gas dalam negeri supaya dapat menjadi tulang punggung ketahanan energi di masa depan.

"Kita sekarang sedang berupaya mengoptimumkan produksi gas dalam negeri. Banyak sumber-sumber baru yang berpotensi dan bisa dimanfaatkan. Tapi, kalau sudah ditemukan sumbernya, paling cepat tujuh tahun baru bisa keluar, karena dibor dulu, dipasang infrastrukturnya, butuh upaya dan butuh waktu. Tapi, gas inilah yang akan kita pakai menjadi backbone kita untuk bisa memperpanjang keberadaan energi," imbuhnya.

Selain itu, menurut Arifin, pemanfaatan energi surya juga dilakukan dengan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap di rumah tangga.

Pengembangan PLTS atap dinilainya dapat menghemat konsumsi dan biaya listrik. Selain itu, program pengelolaan sampah juga perlu dilakukan dan didorong dan di sini, peran ibu-ibu menjadi sangat penting.

"Kita punya program pengelolaan sampah, sampah ini banyak di rumah tangga. Bagaimana kita bisa membudayakan pemisahan sampah di rumah antara organik dan nonorganik. Karena, kalau ini dimulai dari muaranya, insya Allah, nanti pengolahannya di tempat pembuangan akhir lebih mudah. Jadi, bisa dipisah dari rumah. Di beberapa negara sudah dilakukan, di Indonesia belum. Inilah butuh peran ibu-ibu di rumah," tutur Arifin.

Sementara itu, Ketua Umum OASE KIM dan Ketua Umum Penggerak PKK Tri Tito Karnavian menyampaikan ibu rumah tangga memiliki peran yang besar untuk menurunkan ancaman lingkungan, terutama untuk pemanasan global, karena umumnya ibu-ibu yang berperan dalam mengatur energi yang digunakan di rumah tangga.

"Ini upaya kita bersama untuk mewariskan dunia yang lebih baik kepada generasi muda dengan sama-sama kita menghemat energi. Mari ibu-ibu semua, kalau satu rumah tangga bisa menghemat energi atau pun menghemat emisi karbon 100 kilogram selama satu tahun, maka kalau satu juta rumah tangga, akan ada 100 juta kg emisi karbon per tahun yang dikurangi untuk melindungi lingkungan hidup kita," ujarnya.

Ketua Bidang V Indonesia Hijau OASE KIM Ratna Arifin Tasrif juga mengajak para ibu untuk menggunakan energi secara bijak.

Menurut dia, perempuan berperan penting sebagai tenaga pendidik di rumah untuk menanamkan kepada keluarga pentingnya memelihara lingkungan.

"Sebagai bagian dari upaya bersama dalam meminimalisasi dampak negatif dari polusi udara terhadap lingkungan di sekitar kita, kami ingin mengajak kaum perempuan, khususnya ibu rumah tangga, untuk bersama-sama bijak dalam menggunakan energi," ujarnya.

Sedangkan, Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna dalam paparannya pada diskusi, menyampaikan rumah tangga menempati urutan ketiga dalam konsumsi energi, dengan prosentase 12,9 persen atau di bawah konsumsi energi pada sektor industri dan transportasi.

"Meskipun hanya 12,9 persen, tetapi kalau kita bisa melakukan upaya secara bersama-sama untuk bisa menurunkan emisi, maka ini juga akan berdampak sangat signifikan untuk pencapaian target kita dan juga menciptakan dunia yang lebih bersih," jelasnya.

Ia mengatakan pemasangan PLTS atap dapat menjadi salah satu solusi untuk penurunan emisi karbon di rumah tangga.

Dengan memasang PLTS atap, selain dapat menghemat tagihan listrik, juga dapat berkontribusi terhadap penurunan emisi karbon melalui penggunaan energi terbarukan.

"Kalau kita menggunakan PLTS berkapasitas 10 kWp, bisa menurunkan emisi gas rumah kaca setiap tahunnya yang setara penggunaan 5.148 liter bensin dan 5.993 kg batu bara. Cukup banyak manfaat penggunaan PLTS atap untuk menurunkan emisi dan menghemat pendanaan," sebut Feby.

Baca juga: Jokowi minta perajin terus eksplorasi warna dan motif baru batik

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023