Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam dari RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Anshari Saifuddin Hasibuan, SpPD-KAI mengatakan bahwa individu dengan alergi yang ingin mencoba melakukan desensitisasi makanan harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan memperhatikan nasihat dokter.

Desensitisasi makanan adalah tindakan mengonsumsi zat pemicu alergi dengan jumlah sedikit dan terkendali secara berangsur untuk membuat tubuh terbiasa dengan zat tersebut dan mengurangi potensi munculnya reaksi alergi. Desensitisasi alergi juga dilakukan dengan menyuntikkan zat alergen pada kulit.

“Namun, hal itu ada tekniknya sendiri dan tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Misalnya, diatur berapa diberikan makanannya dan berapa lama intervalnya,” kata Anshari dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Dokter ingatkan anak dengan alergi lebih berisiko alami stunting

Ia mengatakan, meskipun cara mencegah alergi pada dasarnya adalah dengan menghindari zat pemicunya, tidak dapat dipungkiri banyak dari individu dengan alergi yang masih ingin menikmati makanan meskipun dapat menimbulkan reaksi alergi.

Apabila reaksi alergi yang muncul masih ringan, desensitisasi makanan bisa dipertimbangkan meski harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Konsultasi dokter juga diperlukan apabila ingin mencoba langkah tersebut, kata Anshari.

“Kalau reaksi alerginya berat sebaiknya jangan lakukan, dan di kasus tertentu bahkan tidak boleh,” ucap dia.

Dokter yang menyelesaikan pendidikannya di Universitas Indonesia itu mengatakan, zat alergen harus tetap dihindari individu dengan reaksi alergi berat. Dikhawatirkan, konsumsi pemicu alergi oleh mereka justru menyebabkan anafilaksis yang menimbulkan sesak napas atau syok yang mengancam nyawa.

Meski demikian, Anshari mengatakan bahwa alergi tetap bisa dikendalikan dengan menjaga pola hidup, seperti dengan menghindari pemicunya, dan mengonsumsi obat-obatan yang dapat meredam reaksi alergi.

“Alergi mungkin tidak bisa dibilang bisa sembuh total, tapi bisa dikontrol dengan pola hidup atau obat-obatan,” ucap dokter yang menyelesaikan pendidikan spesialisnya di Universitas Indonesia itu.

Selain itu, lingkungan rumah juga harus dijaga tetap bersih dan bebas dari polusi untuk mencegah penghuninya, terkhusus anak-anak, mengidap alergi.

Baca juga: Mimisan berulang pada anak bisa dipicu karena riwayat alergi

Baca juga: Kejadian alergi susu sapi berkurang seiring bertambahnya usia anak


Baca juga: Sebab penderita alergi lebih banyak di perkotaan daripada pedesaan

Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023