Perserikatan Bangsa-Bangsa (ANTARA) - Lembaga-lembaga kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (9/11) mengatakan telah menggelontorkan dana sebesar 25 juta dolar Amerika Serikat dan memulai bantuan untuk menanggulangi bencana banjir di Somalia.

Banjir yang terjadi sekali dalam seabad  di negara itu telah membuat hampir 1,2 juta orang terdampak.

PBB dan mitra-mitranya memperkirakan 1,6 juta orang dapat terdampak banjir pada musim hujan saat ini yang berlangsung dari Oktober hingga Desember, dengan 1,5 juta hektar lahan pertanian berpotensi hancur, menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UNOCHA) .

Dana yang baru saja digelontorkan tersebut, dengan rincian 10 juta dolar AS dari Dana Tanggap Darurat Pusat (Central Emergency Response Fund/CERF) PBB dan 15 juta dolar AS dari Dana Kemanusiaan Somalia, akan mendukung upaya-upaya untuk mencegah jatuhnya korban jiwa, membendung wabah penyakit, serta mengatasi kerawanan pangan, ungkap OCHA.

Dana CERF akan mendukung berbagai lembaga dan mitra PBB untuk membantu lebih dari 280.000 orang pada tahap awal krisis, sementara 15 juta dolar AS dari Dana Kemanusiaan Somalia akan membantu lebih dari 420.000 orang.

Somalia, yang baru saja pulih dari kekeringan bersejarah, merupakan satu dari sekian banyak negara yang menghadapi peningkatan risiko banjir, kekeringan, dan panas ekstrem dalam beberapa bulan mendatang yang dipicu oleh fenomena El Nino dan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) positif, menurut laporan tersebut.

Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) memproyeksikan bencana banjir separah ini secara statistik hanya akan terjadi sekali dalam 100 tahun, dengan dampak kemanusiaan yang signifikan, kata UNOCHA.

Menurut UNOCHA, meskipun semua langkah persiapan telah dilakukan, banjir separah ini hanya dapat dimitigasi dan tidak dapat dicegah.

Peringatan dini serta tindakan awal dapat menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian. Namun, pengungsian berskala besar, peningkatan kebutuhan kemanusiaan, dan kerusakan lebih lanjut pada properti masih mungkin terjadi, papar badan PBB itu.

"Cuaca ekstrem yang berkaitan dengan El Nino saat ini berisiko meningkatkan kebutuhan kemanusiaan di komunitas yang sudah rentan di Somalia dan di banyak tempat lainnya," ujar Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Martin Griffiths dalam sebuah siaran pers.

"Kita tahu apa saja risikonya, dan kita harus segera mengatasi krisis yang mengancam ini," ujar Griffiths.

Fenomena IOD, yang juga dikenal sebagai Indian Nino, merupakan osilasi suhu permukaan laut yang tidak teratur yang menyebabkan wilayah barat Samudra Hindia lebih hangat dan kemudian lebih dingin dibandingkan wilayah timur Samudra Hindia.

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023