Medan (ANTARA) - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep mengatakan kesejahteraan guru harus berimbang dengan pemenuhan gizi anak sekolah di Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Air, sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

“Kalau bicara pendidikan, dari saya pribadi kesejahteraan guru harus berseimbang dengan pemenuhan gizi dari anak-anak didik yang ada di Indonesia,” kata Kaesang dalam silaturahmi dengan tokoh lintas agama dan tokoh masyarakat Sumut di Medan, Sumatera Utara, Senin.

Di hadapan para tokoh agama dan tokoh masyarakat Sumut, putra bungsu Presiden Joko Widodo tersebut antusias membicarakan soal pendidikan di Tanah Air.

Dalam kunjungan safari politik yang dilakukannya di sejumlah daerah di Tanah Air, Kaesang menemukan beberapa persoalan dunia pendidikan.

Seperti saat mengunjungi Tasikmalaya, Jawa Barat sebulan yang lalu, dirinya bertemu dengan seorang guru honorer yang digaji Rp150 ribu per bulan. Gaji tersebut dibayarkan setiap tiga bulan sekali.

“Menurut saya kunci kesuksesan dalam pendidikan adalah kesejahteraan guru,” ujarnya.

Menurut dia, bagaimana guru dapat mengajar anak muridnya hingga memiliki masa depan yang bagus tetapi kesejahteraan gurunya tidak terpenuhi,

Selain itu, Kaesang menyebut, dirinya juga melihat tidak meratanya kualitas pendidikan maupun kesejahteraan guru di setiap daerah.

Seperti tingkat kesejahteraan guru di Kota Medan dengan Nias dan Tapanuli Selatan atau Samosis tidaklah sama.

“Nah ini yang saya inginkan adalah menyamaratakan seluruh pendidikan yang ada di Indonesia dengan mensejahterakan guru yang ada di Indonesia,” katanya.

Pemilik usaha Sang Pisang itu juga menyoroti minatnya lulus pendidikan sekarang menjadi seorang guru. Salah satunya karena kurangnya kesejahteraan guru. Hal ini dikarenakan adanya label bahwa “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”.

“Label ini yang mau saya hapus duluan. Melabelkan guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, itu harus dihapus. Karena guru perlu tanda jas supaya mereka sejahtera juga, masak yang sejahtera cuma muridnya, gurunya melarat,” katanya.

Tidak hanya itu, kata Kaesang, dalam kunjungan di Kupang awal bulan lalu, dirinya menemukan anak yang secara gizi tidak bisa terpenuhi. Kondisi dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, termasuk kualitas pemikirannya.

“Bagaimana mau belajar, gizi saja tidak bisa terpenuhi secara kapasitas otak mungkin tidak bisa berkembang sebaik anak-anak yang ada di Medan dan Jakarta,” katanya.

Maka dari itu, lanjut Kaesang, diperlukan keseimbangan antara kesejahteraan guru dan pemenuhan gizi yang ada di tingkat SD, SMP dan SMA.

Ia pun setuju dengan program yang diusung oleh pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka terkait makan dan susu gratis bagi anak sekolah.

“Walaupun secara teknis saya belum tau bagaimana menjalankannya. Tapi menurut saya ini sudah baik untuk penuhi gizi-gizi anak Indonesia,” katanya.

Namun, lanjut dia, rencana untuk memberikan makan dan susu gratis bagi 80 juta anak Indonesia membutuhkan dana sebesar Rp40 triliun. Dan pengajuan untuk program itu tentunya tidak bisa dilakukan di tahun anggaran 2024, tapi bisa diajukan di tahun 2025.

“Secara teknis jujur saya belum tau, karena kita pasti harus memenuhi 80 juta anak, yang membutuhkan Rp 40 triliun, itu saya juga belum tau dananya yang mereka ajukan seperti apa,” ujar Kaesang.

Kaesang bersama rombongan DPP PSI melakukan safari politik di Kota Medan dari tanggal 12-13 November 2023, tujuannya untuk memenangkan PSI dan pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Pemilu 2024.

Sejak menjabat sebagai Ketua Umum PSI, Kaesang gencar melakukan safari politik ke sejumlah daerah di Tanah Air.

Sebelum ke Medan, Kaesang juga melakukan safari politik di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Manado, Sulawesi Utara, Bandung, Jawa Barat, beberapa daerah di Jawa dan Jakarta.

Baca juga: Kaesang usulkan warna tinta pemilu berwarna pink

Baca juga: Kaesang pertimbangkan ajak Bobby Nasution gabung PSI


Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023