KRI Dewaruci menjadi kapal layar pertama yang ditetapkan sebagai cagar budaya nasional ...
Banjarmasin (ANTARA) - Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci yang tangguh dan kuat itu telah menjalankan misi pelayaran dunia spektakuler sebanyak dua kali mengelilingi tujuh samudera dan lima benua pada tahun 1964 dan 2012.

Kapal Indonesia yang ditugaskan sebagai kapal layar latih itu--pada masanya-- kali pertama dikomandoi Kapten (P) August Friederich Herman Rosenow yang menginisiasi pentingnya kapal layar untuk melatih taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) agar andal saat berlayar di tengah ombak lautan.

Sosok kapal kuat dan tangguh yang sudah menjadi legenda itu berpangkalan di Kota Surabaya. Kini usianya sudah lebih dari 70 tahun sejak diresmikan di Jerman Barat pada 24 Januari 1953 sebelum akhirnya dilayarkan taruna AAL ke Indonesia pada Juli 1953.

Saat ini, KRI Dewaruci sandar di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, Kalimantan Selatan, membawa 74 anak buah kapal (ABK) dan 70 taruna. Ada 116 taruna lain dibantu kedatangannya oleh KRI Makassar 509, mereka Taruna AAL Tingkat II Angkatan Ke-71 menjalankan misi Latihan Praktek (Lattek) Pelayaran Jalasesya mulai pada 15-18 November 2023.

“KRI Dewaruci menjadi kapal layar pertama yang ditetapkan sebagai cagar budaya nasional pada 11 September 2023 bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Ke-78 TNI,” kata Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Sugeng Arianto.

Setelah resmi ditetapkan sebagai cagar budaya nasional, kegiatan di Banjarmasin adalah pelayaran perdana KRI Dewaruci setelah beristirahat kurang lebih 65 hari lamanya.

Kapal laut legenda itu terlihat tangguh di atas perairan Sungai Barito Banjarmasin, meskipun usianya sudah tujuh dekade, sama sekali tidak lusuh untuk menunggu para taruna menuntaskan misi selama tiga hari di Banjarmasin.

Sebelum bertolak ke Banyuwangi, masyarakat pun dipersilakan menjelajahi sisa sisa sejarah yang terukir di tubuh KRI Dewaruci. Memiliki bobot 847 ton, kapal ini sama sekali tidak goyah saat dinaiki ribuan pengunjung yang datang silih berganti.

Dengan panjang 58,3 meter, lebar 9,50 meter, dan kedalaman draft 4,05 meter, kapal ini mengapung dengan tenang, gagah, dan seolah ingin menunjukkan lambang keberaniannya sama seperti arti namanya, Dewaruci, diambil dari nama dewa dalam kisah pewayangan Jawa yaitu Dewa Ruci.

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, masyarakat memanfaatkan momen dengan berswafoto di atas papan kayu dan besi kapal, tidak sedikit juga di antaranya menaiki bagian atas kapal sambil berpegangan di bagian tiang layar.

Pada awal pelayaran dunia pada 1964, kapal ini membawa 78 taruna AAL dan 32 ABK, yang saat itu dipimpin Lekol Laut (P) Sumantri untuk mengarungi tujuh samudra dan lima benua.
Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Sugeng Arianto memberikan keterangan di Pelabuhan Trisakti, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (16/10/2023). ANTARA/Tumpal Andani Aritonang


Cetak Sejarah

KRI Dewaruci tidak berhenti mengukir sejarah karena 48 tahun berikut, tepatnya pada 2012, kapal yang memiliki kecepatan 10,5 knot per jam saat menggunakan mesin dan 9 knot per jam saat menggunakan layar ini, kembali mengarungi dunia dengan membawa 101 taruna AAL dan 77 ABK yang saat ini di bawah komando Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto.

Sejak kali pertama berlayar, kapal ini sudah dipimpin 31 perwira angkatan laut yang andal, yang dibuktikan dengan menaklukkan ombak di tengah-tengah samudera. Perwira andalan tersebut menuntaskan tugas hingga mendapatkan tanda kehormatan (purnawirawan) untuk mengakhiri kepangkatannya.

Memiliki tiga buah tiang tinggi dengan masing-masing nama, yakni Bima, Yudhistira, dan Arjuna, serta jumlah layar 16 lembar dengan luas total 1.091 meter persegi, KRI Dewaruci sukses menjalankan puluhan misi yang diamanahkan bangsa.

Pada 1998, saat itu dipimpin Letkol Laut (P) Iganitius Dadiek Surarto, telah mengharumkan bangsa dan negara di level internasional dengan membawa pulang penghargaan Cutty Shark Thropy pada kegiatan Tall Ships Race di Australia.

Meskipun berlayar di tengah ombak samudera serta derasnya angin dan hujan di lautan, KRI Dewaruci tidak pernah gagal menyelesaikan misi. Di tangan para taruna dan perwira Angkatan Laut, kapal ini selalu sukses mengemban misi.

“Di laut lepas sana  angin bertiup kencang ke sana ke mari, tidak semua orang mampu menggunakan layar kapal dengan baik,” ujar Sugeng selaku Komandan Ke-31 KRI Dewaruci,  menggantikan jabatan Letkol Laut (P) Sati Lubis.

Menggunakan mesin 986 PK diesel sebagai penggeraknya dengan satu propeler berdaun empat, dalam perjalanannya KRI Dewaruci melaksanakan tugas sebagai kapal layar latih AAL sebelum akhirnya pada 2017 disambut kedatangan KRI Bima Suci sebagai penerusnya.

Sudah banyak prestasi dan kisah KRI Dewaruci yang diselimuti sejarah bersama dengan 31 pimpinan kapal. Bahkan pada 25 Agustus 2019, kapal ini pernah bersandar di Teluk Manado untuk mengikuti upacara pembukaan Manado Fiesta 2019 yang dilaksanakan dua hari setelah waktu sandar.

Ternyata Dewaruci belum menunjukkan tanda kelelahan. Pada Juni 2022, Kemendikbudristek memberikan tugas negara untuk melaksanakan pelayaran jalur rempah menelusuri jalur rempah nenek moyang zaman dahulu.

Di bawah kepemimpinan komandan ke-31 kapal, bahtera ini mengukir prestasi dengan berlayar 30 hari lamanya mengarungi lintas samudra menyusuri enam titik jalur rempah di Indonesia, mulai dari Surabaya, Makassar, Baubau-Buton, Ternate-Tidore, Banda, dan Kupang.


Tabur bunga

Setiap kali ABK Dewaruci melintasi Selat Sunda, ada tradisi turun temurun berupa upacara tabur bunga. Upacara ini selalu dilaksanakan untuk mengenang dan menghormati arwah Komandan KRI Dewaruci yang pertama yaitu Kapten (P) August Friederich Herman Roseno.

Abu jasad Komandan KRI Dewaruci itu ditaburkan di sekitar Selat Sunda yang saat itu menutup usia pada 1966 dengan pangkat Letkol Pelaut Purnawirawan.

“Kapal ini banyak nilai sejarah perjuangannya, di sini para taruna dilatih berlayar sebelum menjadi perwira tangguh (hantu lautan),” kata Sugeng.

Kapal ini mulai dibangun pada 1932. Namun, terhenti karena Perang Dunia II yang menyebabkan kerusakan parah, akhirnya pada 1952 selesai dirancang dan diresmikan satu tahun setelahnya.

Meskipun dijuluki sebagai kapal legenda karena kiprah dan usianya, para perwira tinggi TNI Angkatan Laut menginginkan kapal ini tetap aktif dan terus beroperasi sebagai kapal layar latih.

Perwira TNI AL yang berlatar belakang dari berbagai angkatan menitipkan harapan kepada taruna dan taruni muda, agar loyal menaruh kepercayaan bersama KRI Dewaruci mengarungi samudera dan benua untuk melaksanakan misi kenegaraan.

Harapan itu, kata Sugeng, hingga kelak KRI Dewaruci benar-benar tenggelam ditelan lautan dan abadi bersamaan dengan catatan sejarah bangsa.

Di sinilah para pelayar muda Akademi Angkatan Laut digembleng sebagai penakluk ombak lautan. Tidak hanya individu, tetapi juga mencetak kemampuan tim sebagai prajurit Angkatan Laut.

Saat kapal itu kelak tidak lagi sanggup berlayar mengarungi samudera, jiwa-jiwa taruna dan perwira akan bersemayam sebagai sosok yang tangguh dan kuat untuk menutup usia perjuangan KRI Dewaruci.










 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023