Jakarta (ANTARA) - Kedutaan Besar Republik Indonesia Singapura berkolaborasi dengan Universitas Nasional Singapura (NUS) menggelar pertunjukan drama tari tradisional Bali, Sutasoma: The Journey di Lecture Theatre Hall NUS pada Jumat.

Duta Besar RI untuk Singapura Suryopratomo dalam keterangan tertulis yang diterima Sabtu menyatakan rasa bangga karena pertunjukan ini melibatkan generasi muda Singapura dan Indonesia.

"Kolaborasi ini menunjukkan perbedaan adalah sebuah kekuatan jika kita bisa melakukan harmonisasi dengan baik." ujar Suryopratomo.

Dia juga mengungkapkan apresiasinya terhadap NUS yang mendukung pelestarian budaya tradisional di kalangan mahasiswa dan generasi muda.

Pertunjukan yang dihadiri lebih dari 300 penonton ini diinisiasi Prof. Irving Johson yang terinspirasi dari puisi Jawa abad ke-15 berjudul Sutasoma, yang menjadi motto nasional Indonesia Bhinneka Tunggal Ika.

Sutasoma menceritakan bagaimana harmoni dapat dicapai secara non kekerasan meskipun terdapat perbedaan melalui perjalanan Raja Sutasoma, sebuah etos regional yang dihargai oleh Indonesia dan Singapura, di mana kedua negara memiliki populasi kompleks secara budaya dan etnis namun dapat hidup berdampingan dengan damai.

Lebih dari 30 orang mahasiswa NUS yang berasal dari lima negara menjadi penari, penabuh gamelan dan panitia dalam acara ini, selain itu didatangkan juga 18 penabuh gamelan dan penari yang merupakan anak muda, langsung dari Gianyar, Bali.

Sementara itu Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura IGAK Satrya Wibawa menyatakan cerita Sutasoma ini pertama kalinya dipentaskan di Singapura.

"Genre ini adalah drama klasik Balinese Topeng Prembon, salah satu genre klasik yang sangat populer di Bali tapi jarang dilihat oleh wisatawan, karena durasi yang panjang dan plot yang kompleks, mirip opera atau (pertunjukan) Broadway," sebut Wibawa.

Wibawa menjelaskan bahwa mahasiswa NUS yang berpartisipasi adalah mahasiswa yang mengambil mata kuliah 'Unmasked: An : An Introduction to Traditional Dance in Southeast Asia', yang mengajarkan berbagai bentuk tari/drama tradisional Asia Tenggara.

Bahkan sebagai bentuk totalitas, para mahasiswa ini menghabiskan seminggu di Bali untuk mempelajari cara menyajikan pertunjukan Prembon dan melakukan tarian.

Selain itu pertunjukan ini juga melibatkan sanggar gamelan Singamurti Singapura dan sanggar tari Bali pertama dan satu-satunya di Singapura, Eka Swara Santhi.

Menurut Wibawa, pertunjukan ini merupakan tonggak penting bagi Indonesia dan Singapura yang dapat menciptakan peluang untuk kolaborasi lintas budaya.

Kegiatan ini juga mendapat dukungan dalam hal pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Dana Indonesiana atau Dana Abadi Kebudayaan.

Dana dari pemerintah ini mendukung perkembangan dan prestasi para budayawan agar dapat menyalurkan ekspresi mereka.

Pengelolaan dana ini bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) agar dapat mencapai sebanyak mungkin budayawan atau seniman.

”Diplomasi kebudayaan adalah salah satu cara strategis untuk mempererat hubungan kedua negara," pungkas Wibawa.

Baca juga: Perkuat hubungan budaya, KBRI Singapura promosikan perfilman Indonesia
Baca juga: KBRI Singapura rayakan Sumpah Pemuda dengan pelatihan gamelan Jawa

 

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023