Cirebon (ANTARA) -
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat menyampaikan sebanyak sembilan kelompok nelayan di daerah ini memperoleh bantuan alat tangkap ikan ramah lingkungan, untuk meningkatkan hasil tangkapan dan menjaga keberlangsungan ekosistem laut.
 
“Kami menyediakan (bantuan) melalui program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam rangka menjaga biota dan ekosistem laut supaya tetap berkelanjutan,” kata Kepala DKPP Cirebon Erus Rusmana, di Cirebon, Selasa.
 
Erus mengatakan bantuan itu sudah sesuai dengan regulasi KKP yang menekankan adanya pembatasan dimensi jaring, sehingga keberadaan biota laut tetap terjaga dan para nelayan bisa memperoleh hasil tangkapan lebih maksimal.
 
Menurutnya, bantuan alat tangkap ramah lingkungan yang disalurkan itu merupakan solusi agar nelayan di Cirebon dapat menaati aturan dari KKP.
 
“Jadi alat tangkap ramah lingkungan itu tentunya sesuai regulasi KKP, bahwa ada ukuran dimensi jaring yang harus ditaati,” ujarnya.
 
Erus menjelaskan dalam program itu, sembilan kelompok nelayan di Cirebon sebelumnya sudah menyerahkan bentuk rancangan alat tangkap sesuai kebutuhan mereka.
 
Rancangan alat tangkap itu selanjutnya diverifikasi oleh KKP. Ketika dinyatakan lolos, para nelayan harus membuat dan merakit sendiri alat tangkap itu dalam waktu sekitar tiga bulan.
 
“Mereka merancang sendiri, kemudian diajukan dan diverifikasi oleh KKP. Setelahnya diberikan bantuan senilai Rp100 juta untuk masing-masing kelompok nelayan,” ujarnya pula.
 
Erus menilai kebijakan ini termasuk sebagai program yang tepat untuk memperkaya keanekaragaman hasil tangkapan nelayan setelah biota laut yang hidup semakin banyak.
 
“Karena tadi disampaikan (nelayan), miris sekali karena sekarang rajungan di pesisir (Desa Ambulu, Cirebon) sudah tidak ada. Padahal dulunya ada. Ini mungkin harus diperhatikan dalam penangkapan rajungan,” kata dia.
 
Samsur, Ketua Kelompok Usaha Bersama Rajungan Jaya, di Desa Ambulu, Cirebon menyampaikan salah satu faktor kelangkaan rajungan di daerahnya disebabkan oleh pemakaian secara masif alat tangkap tidak ramah lingkungan.
 
Dampak buruknya, ujar Samsur, rajungan di pesisir Desa Ambulu semakin sulit didapatkan karena kerusakan ekosistem akibat penggunaan alat tangkap yang tidak sesuai aturan.
 
“Makanya dengan adanya istilahnya ekosistem laut itu rusak, ya boleh dibilang yang namanya rajungan itu hampir tidak pernah lihat rajungan. Paling rajungan ukurannya kecil adanya. Sementara di era 90-an, kita masih bisa lihat rajungan ukuran 4-6 kg,” katanya.
 
Samsur menyebut bahwa pemerintah pusat dan daerah sebetulnya dapat menangani masalah pemakaian alat tangkap itu, dengan membuat aturan yang tegas.
 
“Kalau penggunaan alat tangkap semacam itu bisa menghabiskan populasi hewan laut lainnya,” ujar dia pula.
Baca juga: KKP ingatkan kapal cantrang pasti akan ditindak tegas
Baca juga: Menteri ingin sebarkan penggunaan alat tangkap ikan ramah lingkungan

Pewarta: Fathnur Rohman
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023