Jakarta (ANTARA) - Ahli Infeksi dan Penyakit Tropis Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Hendri Wijaya menyatakan anak yang demam hanya perlu diberikan antibiotik saat dokter sudah mendiagnosis adanya infeksi bakteri dalam tubuh.

"Antibiotik itu adalah satu item dari antimikroba, bahan yang ditujukan untuk membunuh mikroba atau makhluk hidup kecil, seperti kuman, bakteri, jamur, atau virus, dan pada kasus demam, kalau penyebabnya itu infeksi bakteri maka perlu antibotik," ujarnya dalam siniar IDAI diikuti di Jakarta, Rabu malam.

Ia dalam siniar di media sosial Instagram IDAI dengan tema "Kapan Anak Demam Perlu Antibiotik?" juga menjelaskan bahwa pemberian antibiotik perlu disesuaikan dengan diagnosis dari dokter dan ketika anak demam. Jika waktu demamnya baru satu hari maka masih sulit menentukan antibiotik apa yang dibutuhkan.

"Indikasi penggunaan antibiotik itu tepat diagnosis, tepat dosis, tepat pilihan antibiotik, tepat durasi, tepat intervalnya. Tidak semua demam perlu antibiotik, karena demam penyebabnya bisa infeksi dan non-infeksi," ujar dia.

Ia mencontohkan salah satu demam yang dapat muncul akibat penyakit on-infeksi yakni autoimun atau yang lebih dikenal dengan lupus sehingga juga membutuhkan pemberian antibiotik yang berbeda.

"Kalau anak demam itu di-skrining dulu, penyebabnya infeksi atau non-infeksi, kalau infeksi apakah penyebabnya virus, bakteri, parasit, atau campur. Contoh parasit itu malaria, diidentikkan dengan menggigil, kalau yang penyebabnya virus, paling umum yaitu dengue atau DBD, sekarang dengue dibedakan juga ringan, sedang, atau berat," katanya.

Baca juga: IDAI: Deteksi dini kunci cegah kematian anak akibat penyakit diabetes

Ia juga menekankan pentingnya penggunaan antibiotik secara bijak oleh masyarakat sesuai dosis yang telah ditentukan dokter, mengingat dunia saat ini tengah menghadapi ancaman resistensi antimikroba.

"Dunia saat ini mengalami resistensi antimikroba yang sangat mengkhawatirkan, pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 kemarin kan salah satu agendanya adalah melawan penyakit yang resisten, karena itu sudah menjadi silent epidemi, tidak terasa tetapi bisa memberikan efek yang berbahaya," katanya.

Untuk itu, ia berpesan kepada tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan antimikroba agar dapat berperan mengedukasi masyarakat tentang antibiotik.

"Tenaga kesehatan agar mengedukasi masyarakat sehingga bisa menggunakan antimikroba sesuai anjuran dokter. Perhatikan lamanya, interval pemberiannya, karena jika bisa diberikan dengan tepat, maka hasilnya akan baik," kata dia.

Menurut dia, masyarakat saat ini juga masih membutuhkan antibiotik ke depan, sedangkan kondisi yang terjadi yakni penemuan antibiotik baru sebagai terbatas.

"Kita masih butuh antibiotik untuk ke depan, penemuan antibiotik baru sudah sangat terbatas, karena dianggap bahwa industri antibiotik itu sudah tidak menjanjikan lagi, jadi sudah investasinya besar, setelah diproduksi untuk digunakan ternyata muncul resistensi, jadi saya berpesan, antibiotik yang sekarang itu kita gunakan secara bijak," demikian Hendri Wijaya.

Baca juga: Pakar: Madu bisa jadi pertolongan pertama saat anak telan benda asing
Baca juga: Guru Besar FKUI: Imunisasi ganda lindungi anak dari beberapa penyakit
Baca juga: Waspadai perubahan perilaku indikasi masalah mental pada remaja

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023