Saya rasa itu yang paling penting bahwa BBM satu harga bisa menggerakkan ekonomi masyarakat di daerah pelosok.
Kalabahi, Alor (ANTARA) - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menilai keberadaan lembaga penyalur bahan bakar minyak (BBM) satu harga di daerah pelosok diyakini mampu meningkatkan ekonomi masyarakat.

“Sebenarnya kehadiran BBM satu harga ini tujuannya adalah mendekatkan masyarakat kepada fasilitas pelayanan BBM,” kata anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurahman kepada wartawan, di Kalabahi, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu.

Dia mengatakan hal itu berkaitan dengan telah diresmikannya 11 penyalur BBM satu harga di di Alor, dan dari 11 itu 10 lokasi berada di wilayah NTT dan sisanya di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Dia menambahkan bahwa hal yang paling penting adalah keberadaan lembaga penyalur BBM satu harga bisa menggerakkan ekonomi masyarakat di daerah pelosok.

Selama ini, ujar dia lagi, masyarakat terkadang sulit membawa hasil pangan atau hasil pertanian mereka ke perkotaan, namun kini lebih mudah karena energi tersebut sudah ada.

“Saya rasa itu yang paling penting bahwa BBM satu harga bisa menggerakkan ekonomi masyarakat di daerah pelosok,” ujar dia lagi.

Selain itu, masyarakat di pelosok sendiri bisa merasakan harga BBM yang sama seperti di wilayah perkotaan.

Menurut Saleh, wilayah Indonesia Timur menjadi wilayah yang masih minim BBM satu harga, karena itu selama tahun 2023 ini bekerja sama dengan Kementerian ESDM dan Pertamina, pihaknya mendorong pemerintah daerah untuk menyiapkan lahan dan membuka lembaga penyalur BBM satu harga.

Program BBM satu harga itu diperkirakan akan berakhir pada tahun 2024, seiring dengan selesainya masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Namun pihaknya berharap agar program tersebut tetap berjalan, sehingga bisa membantu masyarakat di daerah-daerah pelosok.
Baca juga: BPH Migas resmikan 11 lembaga penyalur BBM satu harga di Alor
Baca juga: Pertamina sebut 450 ribu kiloliter BBM disalurkan untuk BBM satu harga

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023