Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi berpesan kepada masyarakat untuk memilih pemimpin daerah yang peduli kepada pangan di musim kampanye pemilihan kepala daerah (pilkada).

"Mumpung kita sudah masuk ke pilkada, pilihlah pemerintah daerah yang peduli kepada pangan, lihat baik-baik, siapa yang memperhatikan pangan buat warganya, karena itu memang kewajiban kepala daerah," kata Arief di Jakarta, Selasa.

Pernyataan tersebut disampaikan Arief usai menghadiri acara peluncuran hasil pemutakhiran pendataan keluarga, verifikasi, dan validasi data keluarga berisiko stunting tahun 2023 yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Ia menegaskan, kepala daerah lebih paham tentang kondisi warganya, sedangkan pemerintah pusat hanya perlu mendukung kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Untuk itu, menurutnya, masyarakat harus lebih bijak dalam menentukan pilihannya di pilkada tahun 2024.

"Di beberapa wilayah, untuk bantuan pangan termasuk beras itu bahkan harus dikirim pakai pesawat karena tidak ada jalur darat, tetapi karena itu adalah bagian dari NKRI, kita punya kewajiban untuk tetap memenuhi, di sinilah peran kepala daerah sangat dibutuhkan," ujar dia.

Baca juga: Bapanas mendorong kolaborasi dalam pengembangan pangan fungsional

Baca juga: Bapanas optimalkan millet sebagai sumber alternatif pangan


Arief juga memaparkan, Bapanas telah mengkampanyekan konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA), yang sejalan juga dengan program isi piringku di Kementerian Kesehatan.

"Isi piringku, 1/3 adalah makanan pokok, 1/3 sayur dan buah, dan 1/6 lauk pauk. Makanan pokok tidak harus nasi, misalnya jagung, sagu, keladi, talas, singkong itu juga baik. Kearifan pangan lokal ini sudah ada sejak zaman nenek moyang kita, tinggal pemerintah daerah saja yang harus mengoptimalkannya," tuturnya.

Ia juga menekankan pentingnya kepala daerah menyosialisasikan pentingnya pola makan sehat, karena hingga saat ini konsumsi pangan masyarakat Indonesia masih cenderung kelebihan gula dan minyak.

"Pola pangan kita itu masih terlalu banyak grain (nasi), juga kelebihan minyak dan gula, dan kita kekurangan pola pangan serat dan sayur, sehingga sayur dan buah ini harus kita dorong kepada masyarakat Indonesia agar bisa berpola makan sehat," kata dia.

Ia juga mengemukakan pentingnya masyarakat untuk tidak boros pangan, karena terlalu banyak makanan sisa bisa menyebabkan Indonesia menjadi rawan pangan.

"Kalau terlalu banyak makanan sisa, kita bisa kekurangan pangan atau food lost and waste, untuk itu belanja bijak juga penting dilakukan oleh seluruh masyarakat," ucap Arief.

Terkait percepatan penurunan stunting, Arief memaparkan bahwa Bapanas selama ini juga bekerja sama dengan para peternak lokal agar lebih memberdayakan masyarakat.

Bapanas bekerja sama dengan ID Food dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berperan membeli protein seperti telur dan ayam dari peternak lokal, kemudian diberikan pada keluarga berisiko stunting dengan memanfaatkan data dari pendataan keluarga BKKBN agar lebih tepat sasaran.

"Kalau pengendalian inflasi ada di hilir, kesejahteraan petani dan peternak ada di hulu, jadi produk mereka kita beli dengan harga yang bagus, dikirim ke daerah risiko stunting dan rawan rentan pangan, jadi harga telur atau ayam bisa kita jaga dengan baik, sehingga peternak senang," paparnya.

Adapun bantuan yang telah diberikan oleh Bapanas untuk keluarga berisiko stunting berupa telur satu pak dan daging ayam 1 kg di tahap 1 telah tercapai 100 persen, sedangkan di tahap 2 telah tercapai 90,55 persen dengan jumlah penerima sebanyak 1.446.089 keluarga berisiko stunting.

Baca juga: Bapanas sediakan 10 mobil laboratorium keliling awasi keamanan pangan

Baca juga: Bapanas: Penyaluran bansos beras tidak terpengaruh kampanye politik

 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023