Perserikatan Bangsa-Bangsa (ANTARA) - Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) pada Selasa (28/11) merilis data baru mengkhawatirkan yang mengindikasikan peningkatan risiko banjir signifikan di daerah pesisir.

Selama dua dekade terakhir, kenaikan permukaan air laut telah meningkatkan risiko banjir bagi 14 juta orang di daerah pesisir. Risiko ini diperkirakan akan meningkat hampir lima kali lipat pada 2100, hingga mempengaruhi hampir 73 juta orang.

Bekerja sama dengan Climate Impact Lab (CIL), UNDP meluncurkan data ini melalui platform Human Climate Horizons.

Data tersebut memberikan pemetaan terperinci mengenai kerentanan banjir, menyoroti area-area tempat tinggal dan infrastruktur berisiko paling terdampak oleh kenaikan permukaan air laut. Data tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan paparan risiko banjir dua kali lipat di kota-kota pesisir pada akhir abad ini.

Wilayah-wilayah di kawasan Amerika Latin, Afrika, dan Asia Tenggara menghadapi ancaman parah dari banjir permanen tersebut.

Hal itu dapat memiliki implikasi yang dramatis bagi pembangunan manusia, dengan daerah dataran rendah di negara-negara berkembang dan kepulauan kecil berada dalam risiko tertinggi.

Dalam proyeksi pemanasan global paling parah, sekitar 160.000 kilometer persegi daratan pesisir berpotensi terendam air pada 2100. Skenario ini akan memengaruhi kota-kota pesisir utama di beberapa negara, seperti Ekuador, India, dan Vietnam.

Namun demikian, pengurangan emisi yang signifikan dapat menyelamatkan sekitar setengah dari lahan berisiko ini dari banjir permanen, menurut laporan tersebut.
 
 Foto yang diambil pada 8 Agustus 2023 ini menunjukkan banjir yang dipicu oleh hujan lebat yang menggenangi jalan-jalan di provinsi Lao Cai, Vietnam utara. (VNA via Xinhua)  


Direktur Kantor Laporan Pembangunan Manusia UNDP Pedro Conceicao menekankan perlunya aksi darurat untuk memitigasi risiko-risiko tersebut.

"Penelitian terbaru kami dari UNDP dan Climate Impact Lab merupakan pengingat bagi para pengambil keputusan yang akan menghadiri COP28 bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk bertindak," ujarnya.

COP28 merujuk pada sesi ke-28 Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim. Pertemuan COP28 dijadwalkan akan digelar di Dubai, Uni Emirat Arab, mulai 30 November hingga 12 Desember.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa tanpa pertahanan garis pantai yang efektif, beberapa kota besar di seluruh dunia kemungkinan akan menyaksikan lebih dari 5 persen wilayah mereka terendam banjir permanen pada akhir abad ini.

Platform Human Climate Horizons tidak hanya menyoroti kenaikan permukaan air laut, tetapi juga mengeksplorasi dampak perubahan iklim yang lebih luas terhadap suhu, kematian, penggunaan energi, dan dinamika tenaga kerja di 24.000 wilayah di dunia.

Hannah Hess dari CIL menekankan bahwa proyeksi ini seharusnya menjadi sebuah seruan untuk bertindak.

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023