Jakarta (ANTARA) - Eksperimen sosial yang dilakukan VOMO, platform daring hasil kolaborasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) dan Blibli menemukan empat dari lima orang Indonesia mudah tertipu.

“Eksperinmen ini membuktikan mayoritas masyarakat masih rentan terjebak penipuan online,” ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kemenkominfo Septriana Tangkary pada peluncuran VOMO di Jakarta, Kamis.

Sepanjang Bulan September 2023, VOMO melakukan eksperimen sosial dengan serangkaian iklan daring fiktif yang menggiring masyarakat ke laman www.vomoshop.com untuk mengetahui seberapa rentan masyarakat Indonesia terkena penipuan.

Hasilnya pun cukup mencengangkan, dari total 63.196 pengunjung Vomoshop ditemukan empat dari lima pengunjung situs memutuskan checkout belanja terhadap penawaran fiktif yang menggiurkan tersebut.

Baca juga: Marak penipuan daring, Kemenkominfo hingga BSSN luncurkan VOMO

Berdasarkan temuan itu, situs VOMO pun akhirnya diluncurkan pada Kamis, bertujuan sebagai panduan edukasi untuk melakukan transaksi daring yang aman. VOMO merupakan singkatan dari Verifikasi, Observasi, Mudah akses informasi, dan Ofisial yang berarti resmi dan terjamin.

“Saat ini, salah satu tantangan industri yang harus dibenahi segera adalah berkembangnya promosi fiktif dan penipuan online. Eksperimen sosial ini menjadi salah satu bentuk tanggung jawab industri dan diharapkan mampu menjadi edukasi yang mencerdaskan konsumen,” kata Executive Director idea Arshy Adini.

Maraknya masyarakat Indonesia yang terkena kasus penipuan daring juga didasari oleh fenomena FOMO (Fear Of Missing Out), atau kekhawatiran tertinggal momen-momen besar tertentu, atau momen yang sedang banyak dibicarakan orang, termasuk promosi besar-besaran di internet.

Baca juga: Tinder gaet Jonathan Bennett literasi pengguna kenali penipuan online

Laporan Risiko Global 2022 dari Forum Ekonomi Dunia menyebut, sebanyak 95 persen insiden keamanan siber di dunia disebabkan oleh kesalahan manusia, termasuk karena fenomena FOMO.

Edukasi e-commerce tersebut digagas dari keresahan akan budaya FOMO dalam belanja masyarakat, yang menyebabkan mereka seringkali lalai dan menjadi sasaran penipuan. Bahkan akhir-akhir ini, modusnya juga kian berkembang, mulai dari tawaran pekerjaan berbayar hingga komisi tugas yang menawarkan keuntungan berlipat ganda.

Baca juga: Kenali lima modus rekayasa sosial agar terhindar penipuan online

Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023