Kudus (ANTARA) - Ruangan itu berundak seperti tempat kuliah umum universitas modern. Bedanya di setiap meja terdapat komputer desktop terkini yang syarat dengan program animasi.

Di setiap meja pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK) itu laki dan perempuan asyik menekuni proyek masing-masing. Mereka mendesain animasi tiga dimensi (3D), baik dari proses awal hingga sentuhan akhir.

Di depan mereka sebuah layar lebar menjadi tampilan untuk mempresentasikan hasil kerja mereka atau memamerkan kepada tamu atas karya para pelajar.

SMK yang sudah kondang itu bernama SMK Raden Umar Said atau disingkat SMK RUS Kudus. Pelajar dari seluruh Indonesia berminat belajar di sekolah itu, meski uang sekolah tidak murah bagi kalangan tertentu, tetapi harga atau biaya acap kali beriring dengan kualitas.

Jurusan animasi agaknya menjadi bintang pada SMK ini. Bukan kaleng-kaleng, sekolah ini beberapa kali harus menolak proyek karena keterbatasan SDM.

Mereka sering menolak proyek. Kedengaran janggal, karena SMK tempat mendidik, bukan berbisnis, apa lagi menjalankan proyek film atau iklan animasi tiga atau dua dimensi, dan sampai-menolak proyek animasi untuk dikerjakan siswanya.

Sekolah ini, sejatinya sudah mengerjakan belasan film dan iklan komersial atau layanan masyarakat, beberapa di antaranya dari mancanegara, seperti Kanada, Irlandia, Amerika Serikat, Australia, Singapura, UEA, dan sudah tentu dari dalam negeri.

Produknya ditayangkan di Netflix, Nickelodeon, televisi lokal atau di Dubai Expo dan vedeotron di media luar ruang.


Tolak pekerjaan

Kepala SMK RUS Kudus Agam Amintaha mengatakan pihaknya terpaksa menolak mengerjakan proyek animasi karena khawatir membebani anak-anak muridnya karena apapun kondisinya, mereka adalah pelajar, bukan pekerja profesional.

Antara belajar dan bekerja, --sebagai media praktik untuk menerapkan ilmu yang didapat--, harus seimbang.

Di sisi lain, pekerjaan dari mancanegara bukan dari tangan pertama, tetapi dari orang kedua. Biasanya dari agen di Singapura atau India. Bagian yang mereka kerjakan bukan keseluruhan dari suatu film animasi atau seri cerita, tetapi bagian tertentu saja dari sebuah cerita atau seri.

Namun, itu sudah cukup untuk mencantumkan nama siswa SMK yang terlibat dalam credit title suatu film atau seri. Yang tercantum dalam credit title adalah nama siswa, bukan nama sekolah.

Lalu apa penghargaan yang diberikan kepada siswa tersebut? Sekolah memberikan apresiasi dalam bentuk beasiswa, bukan honor sebagai bagian dari pendidikan.

Nilai proyek yang sudah dikerjakan SMK itu sudah mencapai sekitar Rp6 miliar pada tahun 2022. Untuk tahun ini tidak ada target karena bukan bisnis utama. "Bisnis" utama sekolah itu adalah "menciptakan" lulusan yang siap pakai.


Kekuatan alumni

SMK itu mendidik pelajarnya menjadi kreatif melalui beberapa strategi.

Bukan hanya guru organik, SMK itu juga melibatkan profesional bidang film, seperti penulis cerita, produser film, tim kreatif, juga para alumni.

Alumni ini menjadi suatu kekuatan dalam membimbing para pelajar karena proses "getok tular" ketrampilan dan pengetahuan lebih smooth (mulus) dipahami para siswa.

Merebut para alumni ini punya cerita sendiri. Setiap tahun kelulusan, pihak sekolah diberi kesempatan pertama untuk "merekrut" para alumni, baik sebagai mentor maupun mengerjakan proyek yang masuk ke sekolah itu.

Bisa dikatakan, 97 persen lulusannya diserap pasar, bahkan sebagian sudah ditunggu sebelum siswa itu lulus.

Fenomena akhir-akhir ini, sebagian lulusan ingin melanjutkan sekolah ke bangku kuliah untuk memperdalam ilmu, meski sesungguhnya mereka sudah cukup ilmu dan keterampilan untuk masuk pasar kerja.

Tingginya minat pelajar untuk bersekolah di sekolah  itu terlihat. Biasanya sebelum akhir tahun, kelas sudah penuh dengan peminat dari seluruh Indonesia. Tahun ini sekolah sudah membuka penerimaan (PPDB) pada Oktober 2023 hingga Desember akhir.

Uang sekolah dikenakan relatif cukup tinggi, yakni Rp650.000 bagi siswa kelahiran Kudus dan Rp1.350.000 untuk siswa dari luar Kudus. Nilai ini berbeda untuk memberi kemudahan bagi siswa asal Kudus menempuh pendidikan di sekolah itu.

Bisa dikatakan, sekolah memberi prioritas kepada siswa Kudus bersekolah di SMK terbaiknya. Tetapi, mengapa Rp1.350.000 per bulan? Karena angka itulah biaya riil yang harus dikeluarkan sekolah untuk mencetak seorang animator 2 atau 3 dimensi (2D atau 3D).

Sementara nama Raden Umar Said adalah nama asli Sunan Muria. Satu dari sembilan wali (Wali Songo) itu diabadikan sebagai nama SMK untuk mengingat dan melanjutkan perjuangannya menjadi insan muda yang berguna.

Agam punya kata bijak untuk para pelajar, yakni "hobi yang berilmu akan menghasilkan kenikmatan dan kemewahan". Agaknya, dia menyadari, untuk menjadi seorang animator kelas dunia diperlukan passion dan ketekunan.

Selanjutnya, kompensasi akan datang mengikuti, kadang dengan angka yang tak terduga dan popularitas menjulang.

Sementara biaya yang diperlukan mendidik animator tidak sedikit. Karena itu kerja sama dengan pihak lain untuk melengkapi dan membiayai pendidikan, berikut fasilitasnya sangat diperlukan. Sekolah itu terbuka untuk bantuan dan kerja sama, salah satunya dari Djarum Foundation.

Yayasan itu membina belasan SMK di Kudus untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di tingkat global di berbagai bidang keterampilan, termasuk pada SMK bidang kuliner, perhotelan, kecantikan, dan modeling.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023