Jakarta (ANTARA) - WWF-Indonesia dan Save the Children Indonesia mencanangkan program “BASAMO / Build and Empower Riau Children and Community for Sustainable Agriculture and Impactful Actions on Education in Kuantan Singingi”. Program ini bertujuan untuk memperkuat pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan anak serta masyarakat di Riau.
 
Program “Basamo” ini akan dilaksanakan di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, Sumatera. Program “Basamo” ini diharapkan menjawab kebutuhan menjaga keanekaragaman hayati melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, menerapkan budidaya perkebunan yang baik/good agriculture practice (GAP) dan mensejahterakan anak di Kabupaten Kuantan Singingi. Mengapa perlu menjaga keanekaragaman hayati? Menurut data dari BPMPD Provinsi Riau, dari 8,9 juta hektar luas Provinsi Riau, 4,3 juta hektarnya merupakan komoditas perkebunan (Disbun Riau, 2023). Berdasarkan data ini, perubahan perilaku mulai dari anak usia sekolah hingga praktik baik pengelolaan perkebunan yang baik bagi masyarakat skala kecil harus dilakukan.

“Save the Children menyadari betapa pentingnya inisiatif ini dalam meningkatkan kesejahteraan anak di Riau. Program ini merupakan langkah nyata dalam menjaga keberlanjutan ekosistem. Dengan melibatkan anak diharapkan mereka memahami pentingnya menjaga lingkungan untuk generasi mendatang.” Jelas Kurwiany Ukar/Interim CEO Save the Children Indonesia.

Kabupaten Kuantan Singingi merupakan pusat perkembangan sosial budaya lokal yang memiliki kawasan bernilai ekosistem penting bagi satwa liar dilindungi dan juga penunjang hidup manusia, Kawasan ini mengalami tekanan akibat praktik pengelolaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan dan ekspansi lahan bagi perkebunan monokultur dan pertanian, terutama pergeseran dari karet alam ke sawit. Ekspansi perkebunan sawit mengancam pelestarian keanekaragaman hayati dan berdampak ekologi karena ketidaksiapan sistem pengelolaan sehingga diperlukan upaya konservasi (Azhal, , 2021).

Aditya Bayunanda, CEO WWF-Indonesia mengatakan, “Kelestarian keanekaragaman hayati sangat penting dilakukan melalui perubahan perilaku, dan ini dilakukan sejak usia dini melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Lanjut Aditya, ”Kami meyakini program ini dapat menjawab persoalan di atas melalui beberapa aktivitas yang berdampak signifikan bagi kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan di Kab. Kuantan Singingi, Provinsi Riau.”

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun keanekaragaman hayati tetap terjaga, maka Program Basamo ini juga akan mendampingi masyarakat petani karet alam untuk melakukan serangkaian praktik baik yaitu pertanian karet secara berkelanjutan, dan juga meningkatkan ekonomi secara signifikan. Contohnya penggunaan teknologi modern, akses kepada perbankan untuk mendapatkan kredit, dan penerapan AGP (Good Agricultural Practices).

Dampak lain dari praktik komoditas tidak berkelanjutan adalah keterlibatan anak sebagai ‘buruh anak’. Hal ini dapat menghalangi anak dari pendidikan dan membatasi hak-hak mendasar mereka. Anak rentan terhadap masalah perlindungan , seperti eksploitasi, kekerasan, dan pengurangan akses belajar.

Program BASAMO merupakan solusi menjaga keanekaragaman hayati dan memulihkan ekosistem dengan menggunakan cara bertani yang alami sesuai kearifan lokal dan di saat yang bersamaan melibatkan anak dalam sistem perlindungan serta memberikan pendidikan yang berfokus pada pembangunan keberlanjutan. Proyek ini akan diimplementasikan di tiga desa di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, yaitu Desa Pangkalan Indarung (Kecamatan Hulu Singingi), Desa Lubuk Ambacang (Kecamatan Hulu Kuantan), dan Desa Teluk Beringin (Kecamatan Gunung Toar).

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023