Taiyuan (ANTARA) - Para petani di Dataran Tinggi Loess, China utara, sedang sibuk menyortir, mengemas dan memuat buah-buahan lokal pada awal musim dingin ini.

Apel dan pir matang yang baru dipanen itu kemudian diangkut ke Pelabuhan Huangdao, Provinsi Shandong, China timur. Beberapa batch buah-buahan itu akan diekspor ke Indonesia dengan menggunakan kapal kargo menuju Surabaya dan Pelabuhan Belawan yang berada di Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara.

Apel-apel yang siap diekspor itu adalah produk lokal dari wilayah Linyi, Provinsi Shanxi, China utara.

Wilayah yang terletak di Dataran Tinggi Loess ini dikenal sebagai "Daerah Emas untuk Penanaman Apel" berkat kondisi alam yang menguntungkan, tanah yang subur, sinar matahari yang memadai, curah hujan yang cukup dan periode bebas embun es yang cukup lama.

Apel dari Linyi terkenal dengan rasanya yang manis dan kesegarannya yang tahan lama.

Du Hongqiang, seorang petani dan pebisnis apel dari wilayah Liyin mengatakan bahwa apel dari perkebunannya telah diekspor ke Indonesia, Filipina, Malaysia, serta berbagai negara dan kawasan lainnya sejak 2014, dengan pesanan yang masuk setiap tahun.

"Kami meneken perjanjian pesanan apel sebesar 5.000 ton dengan pasar Asia Tenggara tahun ini. Setiap hari, terdapat ratusan ton apel kami yang masuk proses perizinan bea cukai baru-baru ini," kata Du, yang sudah berkecimpung di bisnis ini selama lebih dari 20 tahun.

Di Kota Wan'an, wilayah Xinjiang, sekitar 90 kilometer dari wilayah Linyi, persik Youtao yang dipanen petani lokal banyak diminati pelanggan internasional berkat kualitasnya yang unggul.

Wan'an memiliki sejarah yang panjang dalam budi daya buah persik. Setelah berdirinya koperasi pertanian buah-buahan di Wan'an, petani lokal melakukan peningkatan dan pembaruan terhadap jenis persik dan teknik penanaman.

Hasilnya, pendapatan per kapita petani lokal di wilayah tersebut naik berlipat ganda.

Cui Zhenhu, penanggung jawab di Koperasi Buah-buahan Wan'anxian (Dewa Wan'an) menuturkan bahwa mereka mendaftarkan merek Youtao "Wan'anxian" untuk meningkatkan daya saing produk persiknya di pasar dan mendapat pengakuan nasional untuk "makanan hijau" (bebas polusi).

Basis perkebunan miliknya juga mendapat sertifikat untuk mengekspor buah-buahan dan mengolah buah yang siap diekspor. Volume ekspor tahunan di basis itu telah mencapai lebih dari 10.000 ton.
 
   "Tiga tahun lalu, kami menjalin kerja sama dengan sebuah perusahaan perdagangan di Vietnam yang menandai masuknya kami ke pasar Asia Tenggara. Sejak tahun ini, sejumlah pelanggan dari Malaysia, Singapura berkunjung ke basis kami," ujar Cui.   Menurut catatan sejarah lokal, wilayah Qixian mulai menanam pir sejak lebih dari 1.000 tahun silam. Suli adalah jenis pir yang diperkenalkan pada 1970-an dan terbukti sangat sesuai dengan kondisi alam setempat.


Sementara itu, wilayah Qixian yang dijuluki "Kampung Pir Suli China" di di Provinsi Shanxi memasuki periode puncak ekspor buah-buahan.

Di Qixian Yaohua Fruit Industry Co., Ltd, para pekerja sibuk mengemas pir Suli. Sekitar 100 ton pir tersebut diangkut ke Pelabuhan Qingdao di China timur dan kemudian dikirim ke Thailand, Vietnam dan negara-negara lain.

Menurut Yanze, manajer penjualan Yaohua Fruit, perusahaannya menerapkan teknik penanaman organik dan mengutamakan pencegahan hama dan wabah.

Dari total 20 ribu mu (13,3 kilometer persegi) perkebunan pir Suli milik perusahaannya, 9 ribu mu di antaranya dikhususkan untuk memproduksi buah-buahan untuk diekspor.
 
   Menurut catatan sejarah lokal, wilayah Qixian mulai menanam pir sejak lebih dari 1.000 tahun silam. Suli adalah jenis pir yang diperkenalkan pada 1970-an dan terbukti sangat sesuai dengan kondisi alam setempat


Menurut data dari bea cukai daerah, dalam kurun waktu 10 bulan pertama 2023 saja, Provinsi Shanxi telah mengekspor buah-buahan sebanyak 32,2 ribu ton dengan nilai mencapai 53,02 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp15.484).


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2023