Jakarta (ANTARA) - Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengatakan bahwa sumber daya di Nusa Tenggara Timur(NTT) melimpah, akan tetapi masih banyak kemiskinan di sana.

"NTT ini sumber dayanya hebat, tapi kami berada jauh di bawah remot area. Apa yang bisa kita lakukan? Ada banyak kemiskinan terjadi di sini," ujar Ganjar di Universitas San Pedro, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat.

Kendati demikian, ia mengungkapkan kemiskinan juga masih menjerat Jawa Tengah. Menurutnya, pemberian bantuan dapat dilakukan, tetapi tak bisa terus menerus dilakukan.

"Apakah kita akan memilih kemudian untuk memberikan bantuan yang sifatnya charity? Jawabannya boleh dan iya, tapi apakah terus-menerus? Tentu tidak," katanya.

"Maka yang sudah tidak bisa bekerja, sudah senior, sudah pensiun orang tua kita dan tidak mampu, keluarganya tidak mampu, maka negara yang harus mengambil alih, negara yang harus melindungi," sambung dia.

Ganjar pun mengatakan pemerintah harus memberikan akses pendidikan yang layak kepada masyarakat kurang mampu. Pasalnya, pendidikan dapat mengubah status masyarakat miskin tersebut.

"Saya bayangkan teman-teman, kalau satu kabupaten di Indonesia kita buat percontohan, satu saja sekolah untuk orang miskin, mari kita gerakkan pengentasan kemiskinan sedari awal," pungkas Ganjar.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat jumlah penduduk miskin di NTT yang tercatat per Maret 2023 sebesar 1.141.110 orang atau meningkat sebanyak 9.500 orang dibandingkan dengan Maret 2022.

"Jumlah penduduk miskin meningkat 9.500 orang per Maret 2023. Peningkatan penduduk miskin terjadi di wilayah perkotaan 0,28 persen, sedangkan wilayah pedesaan menurun 0,1 persen," Kepala BPS Provinsi NTT Matamira B Kale di Kupang, Senin, (17/7/2023).

Ia menyampaikan hal itu berkaitan dengan perkembangan tingkat kemiskinan di wilayah Provinsi NTT yang diperbaharui per Maret 2023.

Ia menjelaskan, meskipun jumlah penduduk miskin di perkotaan meningkat, namun komposisi penduduk miskin di NTT didominasi di wilayah pedesaan yaitu 23,76 persen, sedangkan perkotaan 9,12 persen.

Matamira menjelaskan, persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah penduduk miskin, namun dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman yang mengindikasikan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan

Selain itu, juga terkait indeks keparahan kemiskinan yang mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.

Di NTT, kata dia, indeks kedalaman kemiskinan pada Maret 2023 mengalami penurunan menjadi 3,326 dibandingkan dengan Maret 2022 sebesar 3,632.

Sedangkan indeks keparahan kemiskinan menurun dari 0,340 di Maret 2022 menjadi 0,270 pada Maret 2023.
Baca juga: Ganjar optimistis hadapi debat pilpres tema hukum, HAM dan korupsi
Baca juga: Ganjar ajak  mahasiswa di NTT siapkan diri sambut Indonesia Emas
Baca juga: Ganjar: Sekolah adalah tempat terbaik mengubah nasib
Baca juga: Ganjar ajak masyarakat cegah konflik jelang Pemilu 2024

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023