Gaza (ANTARA) - Nermeen Abu Zowayed (39), seorang warga Khan Younis di Jalur Gaza selatan, terbangun ketakutan ketika mendengar ledakan keras di dekat rumahnya.

Seorang ibu dari empat anak itu langsung berlari ke kamar tidur anak-anaknya untuk memeriksa kondisi mereka karena mulai terdengar teriakan anaknya yang sangat ketakutan.

Wanita itu kemudian menyadari bahwa ledakan tersebut berasal dari serangan udara besar-besaran Israel di daerah kantong pesisir tersebut, setelah gencatan senjata kemanusiaan Hamas-Israel selama tujuh hari berakhir pada Jumat pagi (1/12).

Rumah berguncang, kaca pecah, dan kepanikan besar terjadi akibat pengeboman Israel yang mengenai target di dekat sini, kata Zowayed.

"Kami adalah orang-orang yang tidak bersalah dan tidak dapat melindungi diri dari serangan apa pun. Saya dan anak-anak saya hidup dalam kekhawatiran dan ketakutan menjadi sasaran serangan Israel," tutur Zowayed sambil memeluk anak-anaknya.

Dia mengatakan kembalinya konflik berarti orang-orang yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka akan tetap berada di sekolah, yang beralih fungsi menjadi tempat penampungan itu, untuk waktu yang lama dan tidak akan dapat kembali ke rumah mereka.

"Kembalinya perang berarti ketakutan dan kecemasan, semakin banyak kehancuran, semakin banyak martir dan korban luka, serta semakin banyak tragedi bagi keluarga," katanya.

Hal itu juga mengakibatkan pengungsian massal baru dan perampasan hak milik warga Palestina di Jalur Gaza.

"Saya pikir saya akan mati karena serangan udara tersebut. Serangan itu sangat dekat dan tiba-tiba menyerang rumah tetangga kami," ujar Zowayed.

Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata kemanusiaan pada tanggal 24 November 2023.

Namun, pertempuran antara kedua pihak berlanjut pada Jumat pagi, setelah Israel menuduh Hamas melanggar perjanjian gencatan senjata dan menembaki wilayah Israel.

Sementara itu, sirene terdengar di kota-kota di Israel di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza pada Jumat pagi untuk pertama kalinya sejak 24 November.

Militer Israel mengonfirmasi bahwa pihaknya telah mencegat sebuah rudal yang ditembakkan ke arah Israel dari Jalur Gaza.

Setelah serangan itu, Komando Front Dalam Negeri Israel (Israeli Home Front Command) memperketat pedoman bagi warga sipil di beberapa wilayah negara itu.

Serangan Israel di Jalur Gaza pada Jumat telah menewaskan sedikitnya 109 warga Palestina, yang sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, demikian menurut data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023