Beijing (ANTARA) - Para pemimpin dari empat kantor berita internasional, yang produknya menjangkau hingga tiga perempat populasi dunia, menggelar pertemuan di Beijing, Jumat (1/12), untuk membahas kerja sama mengatasi tantangan mendesak yang dihadapi media di era perubahan.

Pertemuan antara para pemimpin Kantor Berita Xinhua, Kantor Berita Reuters, The Associated Press (AP), dan Agence France-Presse (AFP) itu menjadi yang pertama kali.

Presiden Kantor Berita Xinhua Fu Hua menjadi tuan rumah acara yang diadakan di pusat kota Beijing itu.

"Industri media global sedang mengalami transformasi yang signifikan," kata Fu.

Dia menyebut sejumlah faktor, seperti inovasi teknologi yang telah mengubah industri media serta penyebaran berita palsu yang mengancam etika jurnalistik.

Fu mengusulkan untuk membangun mekanisme kerja sama dan dialog tingkat tinggi di antara keempat kantor berita tersebut dalam kerangka kerja Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Media Dunia (WMS).

"Dengan terlibat dalam dialog seperti itu, kita dapat saling menginspirasi dan mendorong perkembangan bersama," kata Fu.

Kepala Kantor Berita Reuters Sue Brooks menyebut bahwa konten yang diproduksi oleh kantor berita itu menjangkau sekitar 75 persen populasi global.

"Oleh karena itu, sangat penting menjamin bahwa informasi yang kami kumpulkan dan jurnalisme yang kami hasilkan menyampaikan kebenaran kepada dunia dan dipercaya oleh mereka," kata Sue.

Keempat pemimpin kantor berita itu sepakat bahwa kantor berita internasional harus bekerja sama dan tetap berkomitmen untuk menyediakan informasi yang objektif, adil, dan akurat kepada para pengguna.

"Kami memandang kolaborasi dengan sesama kantor berita ini sebagai hal yang paling penting. Kolaborasi memungkinkan kita untuk menyampaikan kisah-kisah penting, menjaga keamanan para jurnalis, dan menjawab tantangan-tantangan yang lebih mendesak yang dihadapi industri ini," kata Wakil Presiden AP YK Chan.

Berbagai topik yang dibahas dalam pertemuan itu ialah mulai dari menghadapi kemunculan teknologi baru, seperti kecerdasan buatan (AI), memerangi berita palsu, hingga cara-cara yang lebih baik untuk melindungi para jurnalis peliput perang dan bencana alam.

Fu menyarankan untuk saling memberikan bantuan kemanusiaan dalam peliputan berita di zona konflik, bencana alam, dan wilayah berbahaya lainnya, serta mengusulkan untuk mengembangkan kerja sama layanan teks dan foto yang sudah ada guna memperluas kolaborasi, terutama dalam distribusi komersial konten video.

Dalam menghadapi tantangan kemajuan teknologi, para pemimpin media itu sepakat bahwa meskipun penerapan teknologi dapat membantu dalam pengumpulan dan penyebaran berita, teknologi tidak boleh menggantikan industri media itu sendiri serta tidak boleh mengorbankan etika dan keaslian berita.

Michael Mainville, anggota Komite Eksekutif AFP sekaligus Direktur Regional AFP Asia-Pasifik, mengatakan bahwa meskipun AI dapat membantu media untuk meningkatkan produktivitas, dia menilai penting untuk mendiskusikan prinsip-prinsip tentang cara menggunakan kecerdasan buatan.

Fu pun menyarankan agar keempat kantor berita global tersebut memperdalam pertukaran dan komunikasi sembari melakukan pelatihan operasional mengenai tren perkembangan media internasional, aplikasi teknologi media mutakhir, dan memerangi berita palsu melalui verifikasi informasi.

Dia mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Xinhua, Reuters, AP, dan AFP telah secara proaktif beradaptasi, berinovasi, dan memanfaatkan pencapaian teknologi, berdiri di garis depan transformasi media.

Pertemuan tersebut berlangsung sebelum KTT ke-5 Media Dunia diselenggarakan di Guangzhou dan Kunming.

KTT ke-5 Media Dunia itu mengusung tema "Meningkatkan Kepercayaan Global, Mendorong Perkembangan Media", yang dijadwalkan berlangsung pada 2-8 Desember, dengan mengumpulkan lebih dari 450 peserta dari 101 negara dan kawasan, termasuk perwakilan dari 197 outlet media arus utama, wadah pemikir, lembaga pemerintah, misi diplomatik untuk China, serta badan-badan PBB dan sejumlah organisasi internasional.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023