Beijing (ANTARA) - Presiden China Xi Jinping dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) China-Uni Eropa ke-24 di Beijing.

"China sangat mementingkan pertemuan puncak tersebut. Para pemimpin akan bertukar pandangan secara mendalam mengenai isu-isu strategis yang penting bagi arah hubungan China dan Uni Eropa (UE)," Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin saat menyampaikan keterangan rutin kepada media di Beijing, China pada Senin.

Menurut rencana, Perdana Menteri Li Qiang, Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen akan bersama-sama memimpin pertemuan puncak KTT China-UE yang akan dilangsungkan pada 7 Desember 2023 tersebut yang juga bertepatan dengan peringangan 20 tahun kemitraan strategis komprehensif China-UE.

"Diskusi juga berisi isu-isu global yang menjadi kepentingan bersama kedua pihak untuk menghasilkan cetak biru, mengidentifikasi fokus dan memberikan dorongan bagi hubungan China-UE," tambah Wang Wenbin.

Wang Wenbin mengakui hubungan China-UE menghadapi peluang dan tantangan baru.

"China dan UE adalah mitra, bukan saingan, dan kepentingan bersama kami jauh melebihi perbedaan. China berharap KTT ini akan memainkan peran penting untuk meningkatkan pemahaman dan rasa saling percaya melalui komunikasi, peningkatan kerja sama yang saling menguntungkan dan mendiskusikan solusi melalui dialog dan konsultasi," ungkap Wang Wenbin.

KTT China-UE tersebut dilaksanakan setelah pada September 2023 lalu Ursula von der Leyen mengumumkan UE sedang melakukan penyelidikan atas dugaan subsidi pemerintah China terhadap industri kendaraan listriknya yang berkembang pesat. Ia menyebut, mobil listrik China dijual dengan harga rendah di negara-negara UE dan hal tersebut dimungkinkan karena adanya subsidi dari pemerintah.

Para pemimpin Eropa menyebut, subsidi mengakibatkan kompetisi tidak adil dalam pasar otomotif Eropa. Namun, China mengkritik investigasi tersebut dan memperingatkan langkah itu akan merusak hubungan dagang dengan UE.

Selain itu, China juga mengungkit rencana investigasi UE atas subsidi China atas industri baja. Beijing menyebut penyelidikan akan mengganggu rantai pasok dan memberikan tamparan bagi perdagangan internasional.

Beijing juga keberatan dengan rencana UE untuk menerapkan Mekanisme Penyesuaian Pembatasan Karbon yang akan menetapkan tarif sebesar 20-35 persen atas barang-barang dengan harga karbon tinggi, seperti baja dan bijih besi.

UE telah menerapkan tarif tambahan terhadap 20 jenis baja dan produk baja tahan karat China serta menetapkan kuota impor sebagai langkah untuk melindungi pasarnya hingga pertengahan 2024.

Dominasi industri otomotif dunia khususnya untuk mobil listrik saat ini didominasi oleh China, setelah selama beberapa dekade industri otomotif dunia didominasi oleh pabrikan Eropa, Jepang dan Amerika Serikat.

China menyebut telah mengekspor lebih dari setengah juta mobil listrik di dunia pada paruh pertama 2023. Angka tersebut setara dengan pertumbuhan sebesar 160 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Salah satu keunggulan pabrikan China yang belum dapat ditandingi oleh produsen negara lain adalah ongkos produksi yang murah. Hal itu pun menjadi masalah bagi Uni Eropa. Saat ini, sebanyak 26 produsen mobil listrik China sudah berencana masuk pasar Jerman pada 2025,

China juga menjadi produsen utama baterai litium-ion yang merupakan salah satu komponen utama kendaraan listrik. Produsen baterai terbesar di dunia semuanya berasal dari China.

BBaca juga: Dubes China tepis tudingan EU terkait ekspor kelebihan kapasitas EV
Baca juga: China dukung Uni Eropa mediasi konflik Ukraina
Baca juga: Beijing peringatkan dampak penyelidikan EU pada mobil listrik China

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023