Port-au-Prince (ANTARA) - Joseph Vincent, mantan informan Badan Narkotika Amerika Serikat (DEA) pada Selasa menjadi orang keempat yang mengaku bersalah di pengadilan AS atas perannya dalam pembunuhan presiden Haiti yang mengakibatkan kevakuman pemerintahan di negeri tersebut.

Pria warga negara Haiti-Amerika tersebut merupakan satu diantara 11 tersangka, termasuk mantan tentara dan pebisnis Kolombia yang dituduh membantu menyelundupkan senjata dan dukungan dana untuk menyerang Presiden Jovenel Moise di rumahnya di Port-au-Prince.

Vincent ditangkap beberapa hari setelah serangan bersama warga Haiti-AS lainnya, James Solages. Kedua pria tersebut pada awalnya mengaku dibayar sebagai penerjemah.

Ketika serangan terjadi, sekelompok bersenjata dilaporkan menyamar sebagai agen DEA, dan pihak DEA kemudian menegaskan bahwa Vincent maupun Solages bertindak bukan atas nama institusi tersebut.

Sebuah dokumen di pengadilan yang ditanda tangani Vincent menyebutkan bahwa ia menyediakan dukungan materi dan layanan kepada kelompok pemberontak, termasuk nasehat tentang kondisi politik dan pertemuan dengan pemimpin utama komunitas.

Dalam pertemuan tersebut, Vincent sering memakai pin milik Departemen Luar Negeri AS untuk meyakinkan orang bahwa ia memang disewa oleh Pemerintah AS.

Baca juga: Penyandang dana pembunuhan Presiden Haiti mengaku bersalah

Vincent melakukan perjalanan ke Haiti pada awal 2021 untuk mendukung pendeta yang berbasis di Florida dan Christian Sanon, salah satu terdakwa untuk berambisi untuk menggantikan posisi Moise, menurut isi dokumen pengadilan.

Pengakuan bersalah Vincent menyusul pengakuan serupa oleh mantan Senator Haiti Joseph Joel John, pensiunan kolonel tentara Kolombia German Rivera, dan warga negara Haiti-Chile Rodolphe Jaar, yang terakhir dituduh membantu memasok senjata dan kendaraan untuk serangan tersebut.

Jaar dan Rivera dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, sementara hukuman untuk John akan diputus pada 19 Desember mendatang.

Vincent, yang juga menghadapi hukuman penjara seumur hidup, akan menjalani hukuman pada 9 Februari 2024.

Sejak kekacauan di Haiti pada 2021, geng-geng bersenjata memperluas wilayah mereka secara besar-besaran sehingga memicu krisis kemanusiaan yang menyebabkan puluhan ribu mengungsi, di tengah laporan pelanggaran serius, termasuk penyiksaan, penculikan massal dan pemerkosaan.

Sumber: Reuters

Baca juga: Istri presiden Haiti 'tak akan berhenti' sampai pembunuh Moise diadili

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023