Beijing (ANTARA) - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa struktur telinga tengah mamalia modern mulai berevolusi sejak Zaman Kapur.

Telinga tengah mamalia merupakan contoh klasik evolusi progresif. Telinga tengah mamalia modern memiliki tiga tulang pendengaran, antara lain tulang martil (malleus), tulang landasan (incus), dan tulang sanggurdi (stapes), sementara pada reptil hanya terdapat satu tulang silindris.

Ahli paleontologi percaya bahwa dua tulang pendengaran kecil di telinga tengah mamalia, yaitu incus dan malleus, berevolusi dari tulang kuadrat dan tulang sendi mandibula reptil.

Karena tulang-tulang pendengaran yang halus sulit untuk diawetkan sebagai fosil, bukti fosil langsung mengenai evolusi telinga tengah sangat terbatas di kalangan nenek moyang mamalia yang berkerabat dekat dengan evolusi manusia.

Para peneliti dari Institut Paleontologi Vertebrata dan Paleoantropologi (IVPP), di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China, menemukan fosil eutheria berusia sekitar 120 juta tahun di Provinsi Liaoning, China.

Fosil itu mewakili seekor "tikus kecil" dengan panjang tubuh sekitar 12 sentimeter.

Setelah dilakukan restorasi, analisis dan penelitian, para ilmuwan menyimpulkan bahwa fosil tersebut merupakan spesies baru eutheria awal dan menemukan bahwa morfologi tulang telinga tengahnya meliputi tulang timpani eksternal, tulang malleus, tulang incus, dan stapes. Mereka kemudian menamainya Microtherulum oneirodes.

"Nama spesifiknya, oneirodes, merupakan penghormatan terhadap sifat penemuan fosil ini yang seperti mimpi, yang mengisi kesenjangan kritis dalam pemahaman kita tentang evolusi telinga tengah pada mamalia," ujar Wang Haibing, salah satu peneliti dari IVPP.

Telinga tengah mamalia modern biasanya dibagi menjadi enam morfologi fungsional, dan Microtherulum oneirodes paling dekat hubungannya dengan telinga Microtype mamalia modern.

Mamalia modern dengan telinga Microtype beradaptasi dengan pendengaran frekuensi tinggi, yang berarti eutheria awal mungkin memiliki pendengaran yang lebih sensitif dibandingkan mamalia lain pada periode yang sama, khususnya dalam hal sensitivitas pendengaran frekuensi tinggi.

Studi tersebut belum lama ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023