London (ANTARA) - Donald Trump pada Selasa (5/12) mengatakan bahwa dia tidak akan menjadi diktator jika dia kembali menjadi presiden AS kecuali "pada hari pertama".

Berbagai politisi dari Partai Demokrat dan beberapa anggota Partai Republik telah memperingatkan bahwa Amerika Serikat berada dalam bahaya menjadi otokrasi jika dia memenangkan pemilu 2024.

Kandidat presiden dari Partai Republik Trump harus ditanya dua kali dalam acara balai kota yang disiarkan televisi di Iowa untuk menyangkal bahwa dia akan menyalahgunakan kekuasaan untuk membalas dendam pada lawan politik jika terpilih kembali ke Gedung Putih.

"Tidak. Tidak. Selain hari pertama," kata Trump ketika ditanya untuk menyangkal bahwa dia akan menjadi "diktator" jika dia memenangkan pemilu November.

Trump mengatakan "hari pertama" yang dimaksud adalah bahwa dia akan menggunakan kekuasaan kepresidenannya untuk menutup perbatasan selatan dengan Meksiko dan memperluas pengeboran minyak.

Trump, yang mengincar masa jabatan kedua di Gedung Putih dalam kemungkinan pertarungan ulang pemilu dengan Presiden Demokrat Joe Biden, sering menjanjikan "balas dendam" terhadap lawan politiknya jika ia kembali meraih kekuasaan.

Sasaran "balas dendam" itu termasuk Biden, para jaksa yang telah mendakwanya dengan puluhan kejahatan, Departemen Kehakiman, dan birokrasi federal, katanya dalam pidato kampanye dan penampilan di televisi tahun ini.

Trump, kandidat terdepan dalam nominasi presiden dari Partai Republik, muncul di acara Fox News saat beraudiensi dengan warga di Davenport, Iowa, negara bagian tempat kontes pencalonan partai tersebut dimulai pada 15 Januari.

Segera setelah acara tersebut selesai, manajer kampanye Biden, Julie Chavez Rodriguez, mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Donald Trump telah memberi tahu apa yang akan dia lakukan jika terpilih kembali dan malam ini dia mengatakan dia akan menjadi diktator pada hari pertama. Amerika harus mempercayainya."

Trump adalah presiden AS antara 2017 dan 2021, dan menolak mengakui bahwa dia kalah dari Biden pada pemilu 2020.

Sejak itu, Trump telah menyebarkan klaim palsu bahwa pemilu 2020 telah berlangsung dengan curang, sebuah konspirasi yang memicu pemberontakan mematikan oleh para pendukung Trump di Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021.

Kebohongan terkait pemilu juga telah menjadi landasan kampanye Trump di Gedung Putih saat ini.

Saingan Trump untuk nominasi tersebut, termasuk Gubernur Florida Ron DeSantis dan mantan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley, akan hadir pada debat yang disiarkan televisi pada Rabu di Universitas Alabama pada pukul 7 malam waktu setempat (Kamis pada 08.00 WIB).

Trump akan melewatkan acara tersebut, seperti yang telah dia lakukan pada tiga acara debat Partai Republik sebelumnya.

Biden telah berulang kali memperingatkan bahwa Trump adalah ancaman terhadap demokrasi, dan bahwa masa jabatan Trump yang kedua dapat membawa era otokrasi Amerika yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat berbahaya.

Mantan Perwakilan AS Liz Cheney, seorang anggota Partai Republik yang merupakan pengkritik Trump dan yang ikut memimpin penyelidikan kongres atas serangan di Capitol, mengatakan dalam wawancara media untuk mempromosikan sebuah memoar pekan ini bahwa kediktatoran Trump adalah "ancaman yang sangat nyata" jika Trump berhasil memenangkan pemilihan ulang.

Sumber: Reuters
Baca juga: Biden ragu maju lagi dalam Pilpres 2024 jika tidak melawan Trump
Baca juga: Ultah ke-81, Biden dianggap terlalu tua untuk jadi Presiden AS lagi
Baca juga: Biden serang Trump sebagai ancaman demokrasi

 

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023