Beijing (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin menegaskan China tidak dengan sengaja menargetkan surplus perdagangan dengan Uni Eropa yang dapat menimbulkan perang dagang.

"Pertama-tama, China tidak pernah dengan sengaja mencari surplus perdagangan. Sebaliknya, kami secara konsisten meningkatkan keterbukaan dan mengundang semua negara untuk berbagi mega pasar China yang berpenduduk lebih dari 1,4 miliar jiwa," kata Wang Wenbin saat menyampaikan keterangan rutin kepada media di Beijing, China pada Rabu.

Hal tersebut disampaikan terkait dengan pernyataan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang mengatakan tidak akan membiarkan ketidakseimbangan perdagangan antara Uni Eropa dengan China dengan menyatakan "EU memiliki cara untuk melindungi pasar kami, tetapi kami memilih untuk bernegosiasi".

"Situasi perdagangan China-EU saat ini merupakan gabungan dari pengaruh lingkungan makroekonomi, perdagangan internasional dan struktur industri kedua belah pihak," ujar Wang Wenbin.

Penyebab lainnya menurut Wang Wenbin adalah keterikatan erat antara industri dan rantai pasokan global.

"Namun, statistik perdagangan tidak mencerminkan distribusi keuntungan dalam perdagangan China-EU karena lebih dari sepertiga ekspor perusahaan EU di China dijual lagi ke EU. Meski China tampak mengalami surplus perdagangan, nyatanya EU telah meraup keuntungan yang cukup besar," ucap Wang Wenbin.

Jika EU menetapkan pembatasan ketat terhadap ekspor produk-produk teknologi tinggi ke China, kata Wang Wenbin maka tidak masuk akal untuk mengharapkan peningkatan ekspor ke China secara signifikan.

"Untuk mengatasi permasalahan utama yang dihadapi Eropa dan secara efektif mengatasi tantangan global, China adalah mitra yang dapat diandalkan dan sangat diperlukan bagi EU. Menyelesaikan perbedaan melalui dialog dan konsultasi adalah pelajaran penting dalam perkembangan hubungan China-EU," tutur Wang Wenbin.

Ia pun berharap UE akan bekerja sama dengan China untuk menciptakan suasana yang baik bagi KTT China-EU mendatang dan melakukan upaya bersama demi pertumbuhan hubungan China-EU yang sehat dan stabil.

Rencananya, Perdana Menteri Li Qiang, Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen akan bersama-sama memimpin pertemuan puncak KTT ke-24 China-EU di Beijing yang akan dilangsungkan pada 7 Desember 2023, bertepatan dengan peringatan 20 tahun kemitraan strategis komprehensif China-EU.

Selain itu, Presiden China Xi Jinping juga dijadwalkan akan bertemu dengan Charles Michel dan Ursula von der Leyen.

KTT China-EU tersebut dilaksanakan setelah pada September 2023 lalu Ursula von der Leyen mengumumkan EU sedang melakukan penyelidikan atas dugaan subsidi pemerintah China terhadap industri kendaraan listriknya yang berkembang pesat. Ia menyebut, mobil listrik China dijual dengan harga rendah di negara-negara EU dan hal tersebut dimungkinkan karena adanya subsidi dari pemerintah.

Para pemimpin Eropa menyebut, subsidi mengakibatkan kompetisi tidak adil dalam pasar otomotif Eropa. Namun, China mengkritik investigasi tersebut dan memperingatkan langkah itu akan merusak hubungan dagang dengan EU.

Selain itu, China juga mengungkit rencana investigasi EU atas subsidi China atas industri baja. Beijing menyebut penyelidikan akan mengganggu rantai pasok dan memberikan tamparan bagi perdagangan internasional.

EU telah menerapkan tarif tambahan terhadap 20 jenis baja dan produk baja tahan karat China serta menetapkan kuota impor sebagai langkah untuk melindungi pasarnya hingga pertengahan 2024.

Dominasi industri otomotif dunia khususnya untuk mobil listrik saat ini didominasi oleh China, setelah selama beberapa dekade industri otomotif dunia didominasi oleh pabrikan Eropa, Jepang dan Amerika Serikat.

China menyebut telah mengekspor lebih dari setengah juta mobil listrik di dunia pada paruh pertama 2023. Angka tersebut setara dengan pertumbuhan sebesar 160 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Salah satu keunggulan pabrikan China yang belum dapat ditandingi oleh produsen negara lain adalah ongkos produksi yang murah. Hal itu pun menjadi masalah bagi Uni Eropa. Saat ini, sebanyak 26 produsen mobil listrik China sudah berencana masuk pasar Jerman pada 2025.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023