ke depan akan sangat sulit produk yang berkaitan tidak ramah lingkungan bisa diterima di banyak negara
Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan investasi energi hijau dan energi biru yang ramah lingkungan merupakan peluang bagi Indonesia dalam upaya meningkatkan pemerataan pembangunan nasional.

"Yang berkaitan dengan pemerataan pembangunan, bahwa sekarang investasi di luar Jawa sudah 52 persen, investasi di Jawa 48 persen. Artinya, di luar Jawa sudah lebih besar dari investasi yang ada di Jawa, ini benar," kata Presiden Jokowi saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2023 diikuti dalam jaringan (daring) di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan Indonesia perlu bertransisi pada pengembangan industri ramah lingkungan dan berkelanjutan guna menangkap peluang pasar investasi global.

Misalnya, kata Jokowi, yang berkaitan dengan geotermal yang dalam dua bulan terakhir mengalami lompatan saham tujuh hingga sepuluh kali lipat di bursa Indonesia karena berada di lingkaran green energy.

Selain itu, industri pembangkit panel surya dan tenaga air, juga menjadi peluang investasi ke depan yang sangat menjanjikan bagi Indonesia, kata Jokowi menambahkan.

"Sehingga peluang green economy harus ditangkap, yang namanya blue economy investasinya segera dikejar. Karena ke depan akan sangat sulit produk yang berkaitan tidak ramah lingkungan bisa diterima di banyak negara," katanya.

Dalam kesempatan itu, Jokowi menyampaikan arahan kepada pemangku kepentingan terkait, termasuk jajaran pemerintah pemerintah daerah, untuk mendorong investasi yang merata hingga di luar Pulau Jawa melalui dukungan pemerintah pusat dalam penyediaan infrastruktur yang memadai.

Presiden Jokowi juga menekankan pentingnya peran pemerintah dalam menjalin kolaborasi pengusaha asing dan domestik dalam mewujudkan pemerataan pembangunan nasional.


Baca juga: Indonesia-Jerman kembangkan pekerjaan hijau sektor energi terbarukan
Baca juga: PLN kembangkan stasiun pengisian hidrogen pertama di Indonesia
Baca juga: Menko Airlangga ajak insinyur percepat EBT dan ekonomi biru

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023